Liputan6.com, Cirebon - Paksi Naga Liman merupakan tema yang diangkat dalam Festival Keraton Nusantara (FKN) ke XI tahun 2017 di Cirebon. Kereta milik Kasultanan Kanoman Cirebon ini menjadi kebanggaan masyarakat Cirebon.
Selain peninggalan kerajaan, kereta ini memiliki nilai historis yang tak kalah penting. Patih Kanoman Cirebon Pangeran Patih Raja Moch Qodiran mengatakan, kereta pusaka paksi Naga Liman merupakan kendaraan utama Kerajaan Singhapura (1042-1440 M/936-1367 saka) hingga masa kesultanan Cirebon.
Baca Juga
Advertisement
"Kereta kencana ini mengambil inspirasi dari kendaraan perang Bhatara Indra," kata Patih Qodiran, Senin, 18 September 2017.
Kereta ini diyakini telah ada sejak masa pangeran Cakra Bhuana berdasarkan naskah tertulis pada Candra Sangkala (1428 M/1350 saka). Kereta tersebut digunakan untuk menyerang Kerajaan Galuh Gunung Jati dan menjadi kereta kebesaran Kerajaan Cirebon.
"Diteruskan hingga saat ini oleh panembahan Cirebon hingga sultan Kanoman," kata Patih Qodiran.
Dalam pemeliharaannya, Paksi Naga Liman sempat mengalami perbaikan oleh pangeran Losari yang merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati. Dia menjelaskan, Paksi Naga Liman merupakan karya seni yang dipadukan dengan konsep kendaraan masa lalu, tetapi berhasil menginspirasi karya-karya futuristik, megah, dan memiliki nilai estetika yang tinggi.
Di balik kemegahannya, lanjut Patih Qodiran, tersimpan pesan yang sarat makna pada sosok Paksi Naga Liman. Paksi yang merupakan burung dengan badan bersayap adalah penanda simbol negeri Timur Tengah dan unsur Islam yang diturunkan di Timur Tengah.
Sementara naga berbentuk kepala bermahkota hewan naga merupakan wujud penguasa Caruban yang dinamakan Mang. "Sosok Mang juga telah mafhum (paham) sebagai simbolisasi atas negeri Tiongkok dan kandungan anasir (pemahaman) Buddha," jelas dia.
Liman (belalai) adalah bagian dari gajah yang merupakan simbol Ganesha sebagai putra Dewa Syiwa dari negeri India. Simbol ini menggambarkan unsur agama Hindu.
Patih Qodiran menambahkan Paksi Naga Liman adalah simbol Cirebon sebagai negeri tempat terjadinya asimilasi dan pluralisasi dari tiga kebudayaan, serta menempatkan Cirebon pada puncak keunggulan peradaban pada masanya.
"Bahkan berkembang penafsiran atas makna Paksi Naga Liman yang mengisyaratkan kejayaan kedaulatan, burung penjaga kedaulatan di udara atau Jaya Dirgantara Naga penjaga kedaulatan laut atau Jaya Bahari dan Gajah penjaga kedaulatan di darat atau Jaya Bhumi," kata dia.
Selain dijadikan tema dalam FKN, Paksi Naga Liman tersebut juga dikemas dalam suatu pertunjukan tari di acara pembukaan FKN. Sebuah pertunjukan Musik dan Tari bertajuk Gending Paksi Naga Liman ini memadukan laras pentatonik, diatonik, pelog dan slendro, serta degung.
"Dengan sisipan musik khas China, Arab, dan India, sehingga menjadi pertunjukan yang unik, prigel (rajin), dan nyaman dipandang," ujar dia.
Simak video pilihan berikut ini: