Liputan6.com, Tegal - Nama Wicaksono Wisnu Legowo, seniman muda asli Tegal, Jawa Tengah, mendadak terkenal di dunia perfilman Indonesia. Pasalnya, film besutan pria tersebut, Turah, dikirim sebagai perwakilan Indonesia dalam ajang Piala Oscar 2018.
Sebelum masuk seleksi Piala Oscar, film Turah telah menyabet tiga penghargaan di ajang perfilman internasional. Di antaranya, Geber Award dan Netpac Award dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival. Ada juga Asian Feature Film Special Mention yang diraihnya dalam Singapore International Film Festival.
Baca Juga
Advertisement
Bakat Wisnu menjadi sutradara film mulai tampak sejak di usia remaja. Wisnu merupakan putra dari seorang jurnalis televisi senior, PNS Pemkot Tegal, dan aktor bernama Yono Daryono, yakni aktor sinetron yang ditayangkan di sebuah televisi swasta.
Dari sang ayahnya, Wisnu kecil hingga remaja belajar seni teater. "Sejak kecil hingga sekarang saya hidup di Kota Tegal. Di sini saya belajar dari awal mendalami seni teater dan dunia film," ucap Wicaksono Wisnu Wibowo kepada Liputan6.com, Kamis (21/9/2017).
Awalnya, ia sempat mengenyam kuliah Jurusan Ekonomi di Universitas Islam Bandung, tapi hanya bertahan selama dua tahun. Ia akhirnya melanjutkan pendidikan film di Institut Kesenian Jakarta.
Wisnu mengawali debutnya sebagai asisten sutradara dalam film 3 Doa 3 Cinta (2008), Sang Penari (2011), Rumah dan Musim Hujan (2012), dan menjadi salah satu pemeran dalam film berjudul Pantja-Sila: Cita-Cita dan Realita bagian satu dan dua (2013).
"Turah adalah film panjang pertama saya sebagai penulis dan sutradara. Namun, saya sudah berpengalaman membuat beberapa film pendek sejak 2006. Dan saya juga menjadi asisten sutradara beberapa film panjang sejak 2008. Hal itulah yang membantu saya untuk menyederhanakan persoalan ketika menggarap film Turah," ungkap Wicaksono Wisnu Legowo.
Turah yang Berkali-kali Ditolak
Sempat bergabung dalam beberapa proyek bersama, membuat produser film Turah, Ifa Isfansyah, mengagumi Wisnu. "Saya mengenal Wisnu dan memulai bareng pada saat produksi film Sang Penari. Kepiawaiannya dan kecerdasannya menghantarkan kerja sama dengan saya makin menjadi. Beberapa film Fourcolors dan yang disutradarai saya, Wisnu-lah yang menjadi asisten sutradaranya," ucap Ifa Isfansyah belum lama ini.
Namun, kedekatan ini tak lantas membuat film Turah mudah mendapat lampu hijau dari Ifa Isfanyah. "Awalnya saya sudah bikin script film Turah. Berulang kali saya ajukan ke produser, tapi ditolak," kata Wisnu.
Pada saat proses syuting film Pendekar Tongkat Emas, Wisnu kembali menggarap naskah film Turah. "Saya kirim kembali kepada Mas Ifa, akhirnya persetujuan untuk menggarap film Turah dibuka lebar-lebar," kata dia.
Sementara itu Ifa menerangkan, bahwa pemasaran film Turah ini dilakukan melalui festival-festival dan permintaan pemutaran di berbagai daerah.
"Dengan cara inilah yang kami tawarkan di kalangan bioskop. Saya harap film ini adalah film yang berumur panjang. Artinya, penonton terus penasaran dan ingin tahu tenang film ini, hingga terus adanya permintaan pemutaran di berbagai daerah. Film harus ketemu sama penontonnya," ia menambahkan.
Advertisement