Liputan6.com, Moskow - Kasus Celah Dyatlov, Gunung Otorten, di barisan Pegunungan Ural, Rusia (dulu masuk kawasan Uni Soviet) pada Februari 1959 menyerupai format sejumlah cerita atau film horor pada umumnya.
Sembilan orang pemuda-pemudi pendaki gunung semi-profesional ditemukan tewas dalam kondisi yang mencurigakan saat melakukan perjalanan di celah gunung tersebut.
Penyebab pasti kematian mereka, masih misteri. Ditambah lagi, otoritas penyelidik kasus menyimpulkan penyebab tewasnya para korban dengan kalimat yang tak kalah mengerikan.
Otoritas menyimpulkan, para korban tewas akibat 'kekuatan luar biasa yang tak diketahui asal-usulnya'. Demikian seperti dikutip dari The Vintage News, Jumat (22/9/2017).
Baca Juga
Advertisement
Lantas, bagaimana kronologinya?
Semua bermula ketika 10 mahasiswa-mahasiswi pencinta alam dari Ural Polytechnical Institute, Sverdlvosk (sekarang Yekaterinburg, Rusia) memutuskan untuk mendaki dan berselancar salju bersama di Pegunungan Ural.
Pada 27 Januari 1959, Igor, Yuri, Lyudmila, Georgiy, Alexander, Zinaida, Rustem, Nicolai, Semyon, dan Yefimovich, berencana untuk mendaki Gunung Otorten, di utara barisan Pegunungan Ural. Teritori itu memiliki sedikit populasi kelompok etnis minoritas Mansi.
Kelompok itu berangkat dari kota Ivdel menggunakan truk ke Vizhai, kawasan pemukiman terakhir sebelum memasuki alam liar Gunung Otorten.
Saat bermalam di Vizhai, barulah kelompok itu mengetahui bahwa Otorten dalam bahasa Mansi berarti, 'Jangan pergi ke sana'. Namun, fakta itu tak mengurungkan niat mereka untuk tetap mendaki.
Ketika hari-H pendakian tiba, salah satu anggota, Yefimofich, mendadak terserang disentri, menyebabkan dirinya tak ikut dalam pendakian. Akhirnya, 9 orang lain memutuskan berangkat tanpa Yuri.
Pada 1 Februari 1959, para rombongan terjebak badai salju saat di tengah perjalanan. Akibatnya, mereka terpaksa mendirikan tenda untuk bermalam dan menunda trekking hingga badai mereda.
Dan, apa yang terjadi saat para rombongan bermalam di tenda pada 1 - 2 Februari 1959, menjadi kasus insiden pendakian paling aneh dan absurd dalam sejarah Soviet.
Tak Kembali, Tewas Saat Mendaki
Sembilan pendaki itu dijadwalkan tiba di kaki gunung pada 12 Februari. Pada tanggal itu pula, Igor, dkk diharapkan untuk memberi kabar mengenai kondisi mereka kepada Yefimofich yang menetap di Vizhai serta para handai-taulan.
Hingga waktu yang telah ditentukan, para handai-taulan belum menerima kabar dari Igor, dkk. Pada awalnya, hal itu tak membuat rekan-rekan para pendaki khawatir, mengingat pada saat itu area di kawasan tengah dilanda cuaca buruk.
Para handai-taulan berpikir, Igor, dan rombongan terlambat tiba di kaki gunung akibat cuaca buruk.
Namun, pada 20 Februari, setelah delapan hari tak muncul kabar, Yefimofich dan keluarga mulai khawatir serta mulai mengabari otoritas setempat.
Proses pencarian dilaksanakan, melibatkan relawan dari Ural Polytechnical Institute, SAR, polisi, tentara, dan dibantu menggunakan helikopter.
Pada 26 Februari, lokasi kamp para pendaki yang telah tertimbun salju ditemukan di lokasi yang cukup jauh dari trek pendakian normal.
Tim SAR menemukan, kain bagian belakang tenda para pendaki nampak seperti habis dicabik benda tajam dari dalam, seakan mengisyaratkan bahwa para penghuni kamp berusaha untuk keluar secara paksa.
Logistik para pendaki pun, seperti jaket dan makanan, masih berada di dalam tenda, menimbulkan kecurigaan bahwa Igor dan teman-temannya nampak ingin keluar tenda secara terburu-buru.
Tak jauh dari tenda, otoritas menemukan sejumlah jejak kaki tanpa mengenakan sepatu yang dibuat oleh sekitar 8 - 9 orang, mengindikasikan bahwa para pendaki melarikan diri menjauh dari kamp.
Setelah menelusuri jejak, aparat menemukan dua jasad pendaki, Georgiy dan Yuri . Keduanya, tak berbusana dan hanya mengenakan celana dalam, tewas membeku. Di dekat mereka, ada setumpuk abu, menandakan bahwa kedua korban sempat berusaha membuat api untuk menghangatkan diri.
Kemudian, aparat juga berhasil menemukan tiga jasad lain, Igor, Zinaida, dan Rustem, yang berlokasi di antara tenda dengan tempat jasad Georgiy dan Yuri.
Aparat menyimpulkan, Igor, Zinaida, dan Rustem --masing-masing ditemukan terpisah, terpaut 100 hingga 200 meter-- tewas dalam kondisi dan posisi yang nampak seperti hendak kembali ke tenda mereka.
Sementara itu, empat jasad lain baru dapat ditemukan setelah proses pencarian selama lebih dari dua bulan, ketika musim semi tiba dan salju mulai meleleh di kawasan Gunung Otorten.
Pada 4 Mei, jasad Lyudmila, Alexander, Nicolai, Semyon ditemukan terkubur salju di sebuah ngarai yang berlokasi sekitar 75 meter dari hutan. Tak seperti jasad yang lain, keempat jenazah itu ditemukan mengenakan pakaian anti-dingin yang cukup mumpuni.
Akan tetapi anehnya, pada badan keempat jasad itu terdapat beberapa luka lebam, tak seperti kelima jenazah lain.
Apa penyebabnya?
Advertisement
Hipotermia, Monster, hingga Alien
Hipotermia jadi teori yang paling diyakini mengenai sebab-musabab kematian 9 pendaki dari Ural Polytechnical Institute.
Namun, ada sejumlah pertanyaan yang tak terjawab yang justru menyebabkan teori kematian akibat hipotermia menjadi tak relevan.
Apa penyebab kain tenda bagian belakang tercabik dari dalam? Mengapa para pendaki meninggalkan barang-barang mereka dan seakan keluar dari tenda secara terburu-buru? Dan, mengapa pendaki semi-profesional seperti mereka tak mampu mengatasi hipotermia?
Ketika jawaban atas sejumlah pertanyaan itu belum pula terjawab secara detail, muncul fakta baru terkait kasus tersebut.
Menurut hasil autopsi, Lyudmila, Alexander, Nicolai, dan Semyon tewas akibat luka dan bukan karena hipotermia. Sementara Igor, Zinaida, dan Rustem mengalami sejumlah retakan tulang.
Khusus untuk Alexander, Nicolai, dan Semyon, dokter autopsi menyebut bahwa ketiganya tewas akibat luka lebam yang melampaui kekuatan yang mampu dilakukan oleh manusia.
Hasil autopsi juga menunjukkan bahwa lidah, kedua bola mata, separuh bibir, sejumlah lapisan kulit, dan beberapa fragmentasi tulang pada jasad Lyudmila, hilang.
Fakta itu mengubah narasi kasus memicu munculnya teori lain --termasuk teori konspiratif-- yang menjelaskan kematian para korban.
Penyidik menduga bahwa ada 'sosok' --mulai dari etnis Mansi, beruang, hingga monster Yeti-- yang menyerang Lyudmila, Alexander, Nicolai, dan Semyon. Sementara kelima korban lain tewas akibat hipotermia setelah melarikan diri secara terburu-buru dari serangan 'sosok' tersebut.
Namun, menurut hasil autopsi pada keempat jasad, tidak ditemukan tanda luka bekas perlawanan. Selain itu, tidak ditemukan jejak kaki selain kesembilan pendaki.
Hasil penyelidikan juga menyebut ditemukannya jejak radiasi di beberapa lokasi seperti di tenda, jenazah, dan pakaian para korban. Fakta itu memicu kemungkinan bahwa para korban tewas akibat menjadi subjek uji coba nuklir Uni Soviet. Namun, tidak ada laporan yang mendukung teori tersebut.
Teori konspirasi lain menyebut bahwa mereka dibunuh oleh alien. Yang mungkin menjelaskan mengenai jejak radiasi dan 'luka lebam yang melampaui kekuatan yang mampu dilakukan oleh manusia'. Namun seperti kebanyakan hal tentang alien, teori itu sangat diragukan.
Akhirnya, pada Mei 1959, investigasi terkait kasus itu ditutup. Dan otoritas menyimpulkan bahwa kematian para korban disebabkan oleh 'kekuatan spontan yang sangat dahsyat yang tidak dapat ditangani oleh para pendaki'.
Setelah itu, selama tiga tahun, seluruh area tempat tewasnya korban, ditutup untuk umum. Dan hingga kini, kasus tersebut masih menjadi misteri.