Petugas Haji Malaysia Belajar Pengelolaan Haji Indonesia

Syed Saleh menyampaikan maksud kedatangannya untuk meminta bertukar pengalaman pelayanan jemaah haji yang dilakukan oleh PPIH Arab Saudi.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 23 Sep 2017, 06:18 WIB
Haji asal Indonesia di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi. (Liputan6.com/Muhamad Ali)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Tabung (Petugas) Haji Malaysia kembali bersilaturahim dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Pertemuan ini dilakukan rutin dalam beberapa tahun terakhir. Untuk tahun ini, pertemuan digelar di Kantor Daker Mekah, 19 September 2017 yang lalu.

Tim Tabung Haji Malaysia dipimpin langsung oleh Ketua Rombongan (semacam Amirul Haj) Datuk Syed Saleh Syed Abdur Rahman. Ikut dalam rombongan, para pengarah operasional (semacam Kadaker dan Kepala Bidang Layanan).

Tim Tabung Haji Malaysia ini diterima oleh Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, Staf Teknis 3 Kantor Urusan Haji Ahmad Jauhari,  Kadaker Makkah Nasrullah Jasam serta para Kasi Layanan di Daker Makkah.

Menurut Nasrullah, pada awal pertemuan, Syed Saleh menyampaikan maksud kedatangannya untuk meminta bertukar pengalaman pelayanan jemaah haji yang dilakukan oleh PPIH Arab Saudi.

Saleh mengatakan kalau profil jemaah Malaysia mirip dengan jemaah Indonesia, baik dari sisi usia, pendidikan, maupun profesi. Kuota haji Malaysia tahun ini berjumlah 30.200 dengan masa tinggal  di Arab Saudi selama 45 – 55 hari.

"Mereka ingin tahu pengelolaan jemaah haji Indonesia, mulai dari persiapan di Indonesia, manasik, sampai dengan  operasional di Arab Saudi," terang Nasrullah di Makkah, Jumat (22/9/3017).

Sesuai tujuan yang disampaikan Tim Tabung Malaysia, lanjut Nasrullah, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis memaparkan data jemaah dan manajemen operasional haji Indonesia. Tahun ini kuota haji Indonesia kembai normal menjadi 211ribu. Indonesia juga mendapat tambahan 10ribu sehingga total kuotanya menjadi 221ribu.

Dari sisi pengelolaan jemaah, Sri Ilham menjelaskan juga soal pembentuk kloter serta struktur petugas. Satu kloter jemaah haji Indonesia terdiri dari 360 – 455 jemaah.

Setiap kloter didampingi lima petugas, yaitu satu Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI), satu Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD), dan tiga Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).

Menurut Nasrullah, jemaah haji Malaysia terbagi sekitar 100-an kloter, dengan anggota berkisar 250 orang. Mereka tidak menempatkan petugas pendamping pada masing-masing kloternya. 

"Di pesawat tidak ada petugas yang mendampingi. Baru setibanya di bandara, langsung dilayani petugas tabung haji," tutur Nasrullah.

Selain soal organisasi jemaah, Sri llham juga menjelaskan beragam layanan yang diperoleh jemaah haji Indonesia, mulai dari akomodasi, transportasi, dan katering.

 


Keluhan Sama

 

Akomodasi jemaah haji Malaysia memang berada di ring satu dengan jarak terjauh 900 meter. Ini dimungkinkan karena jumlah jemaah mereka hanya 30ribu atau setara satu setengah sektor jemaah Indonesia. 

Indonesia sendiri menempatkan lebih dari 20ribu jemaahnya di Jarwal dengan jarak 900 meter dari Masjidil Haram. 

"Meski sebagian besar jarak hotel jemaah haji Indonesia di atas 1.5 km, jemaah yang tinggal di situ mendapatkan layanan transportasi bus Shalawat," kata Nasrullah.

Dalam pertemuan ini diketahui kalau Malaysia juga mempunyai keluhan yang sama dengan Indonesia tentang layanan muassasah dan maktab saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. 

Keluhan itu terkait dengan layanan katering, tenda, dan proses keberangkatan jemaah dari hotel menuju Masyair.

Nasrullah menambahkan, Tim Tabung Haji Malaysia juga berbagi pengalaman dengan Indonesia, terutama terkait manasik haji. Menurut Nasrullah, mereka mengadakan 17 kali pertemuan untuk manasik dasar, dan dua hari manasik intensif (praktik).

"Setelah manasik, mereka mengadakan ujian untuk mengukur pemahaman jemaah terhadap materi yang disampaikan. Jemaah yang dinilai belum lulus akan diberi manasik lagi," Nasrullah menandaskan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya