Liputan6.com, Jakarta - Kediaman pribadi Jenderal Ahmad Yani, salah satu pahlawan revolusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat telah diserahkan kepada pemerintah dan kini menjadi museum.
Seperti ditayangkan Liputan6 Siang SCTV, Sabtu (21/9/2017), keluarga besar menyerahkan rumah dan seluruh isinya kepada negara yang saat itu diterima Panglima Angkatan Darat Menpangad Jenderal Soeharto.
Advertisement
Selama 52 tahun, jejak kelam peristiwa berdarah 30 September 1965 masih terlihat jelas di Jalan Lembang Blok D-58, Menteng yang pernah ditinggali Jenderal Ahmad Yani beserta Ibu Yayu Rulia Sutowiryo, dan delapan putra-putrinya.
Sejumlah lubang di kaca pintu bekas terjangan peluru pasukan Cakrabirawa dan beberapa bagian ruang tamu sengaja tak diubah. Di tempat ini ditandai pula letak jatuhnya Jenderal Ahmad Yani setelah diberondong peluru dan senjata.
Piyama yang dulu digunakan untuk membersihkan darang di ruang tamu, termasuk senjata yang digunakan untuk menembak Jenderal Yani juga disimpan di sini. Rully A Yani, putri pertama Jenderal Ahmad Yani menuturkan, masih terngiang jelas di telinga keluarga akan sikap kukuh sang ayah yang sangat mencintai institusi Angkatan Darat.
Sementara itu, menurut aktris sekaligus istri Arifin C Noer terkait pembuatan ulang film sejarah Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30S PKI saat ini akan lebih mudah. Selain karena faktor teknologi, para narasumber sudah mulai terbuka untuk berbagi cerita maupun data seputar peristiwa tersebut.
Film G30S PKI versi lama berdurasi 271 menit. Usai diproduksi sejak 1984, film ini selalu diputar dan wajib ditonton jelang Hari Kesaktian Pancasila atau setiap 30 September malam. Namun sejak 1998, pemutaran film ini dihentikan.