Menlu Rusia: 'Perang' Ucapan, Trump dan Kim seperti Anak TK

Ulah Kim Jong-un dan Donald Trump 'perang' kata menuai respons Menlu Rusia, Sergei Lavrov.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 23 Sep 2017, 18:00 WIB
Kim Jong-un dan Donald Trump (reuters)

Liputan6.com, Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengibaratkan "perang" kata-kata antara Donald Trump dan Kim Jong-un seperti perkelahian sesama bocah di taman kanak-kanak (TK).

Kim sebelumnya menyebut Trump sebagai mentally deranged (orang gila) dan dotard (manula). Presiden AS pun merespons dengan merilis kicauan yang menyebut Kim Jong-un adalah a madman (orang sinting).

Lavrov mengatakan rehat diperlukan untuk mendinginkan kepala yang panas menyusul serangkaian uji coba rudal balistik Korea Utara selama beberapa bulan terakhir.

"Ya, memang tak bisa diterima menyaksikan petualangan nuklir militer Korea Utara dengan diam, apalagi memicu perang di Semenanjung Korea," ujar diplomat senior tersebut, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (23/9/2017).

Menlu Rusia itu pun menyerukan agar keduanya menjalani proses politik yang merupakan kunci dari proses di Dewan Keamanan PBB, daripada saling berkelahi. 

"Bersama dengan China, kami akan terus memperjuangkan pendekatan dengan akal sehat, bukan menggunakan emosi seperti ketika bocah di taman kanak-kanak (TK) saling berkelahi dan tiada seorang pun yang bisa menghentikan mereka," tegas Lavrov.

Dalam pidato di Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York, Amerika Serikat, pada Selasa 19 September waktu setempat, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berjanji untuk menghancurkan secara total Korea Utara jika negara itu mengancam AS dan sekutu-sekutunya. Ia juga menyebut Kim Jong-un sebagai Rocket man is on a suicide mission atau manusia roket dalam misi bunuh diri.

Beberapa hari kemudian, Kim Jong-un melakukan pembalasan dengan merilis pernyataan berbahasa Inggris yang menegaskan bahwa pidato Trump di markas PBB semakin membuatnya yakin mengambil langkah yang benar sejauh ini dalam pemerintahannya.

"Korea Utara akan mempertimbangkan untuk menempuh aksi balasan agar Trump membayar mahal atas pidatonya," imbuh Kim dalam pernyataan balasannya.

Kim mengakhiri pernyataannya dengan menekankan bahwa dia "pasti akan menjinakkan manula AS yang gila itu...."

Mengutip KCNA, putra Kim Jong-il itu menyebut ancaman Trump terhadap negaranya mencerminkan "perilaku sakit jiwa".

Kim Jong-un menyampaikan responsnya tersebut melalui sebuah pernyataan tertulis yang dilansir oleh media resmi Korut, KCNA.

Respons Kim Jong-un tersebut muncul setelah sebelumnya Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho mengatakan bahwa pidato Donald Trump terdengar seperti "gonggongan anjing". Tak hanya itu, Ri Yong-ho bahkan menuturkan, dia merasa "kasihan" dengan penasihat Trump setelah mendengar pidato sang presiden yang berapi-api.

Sejumlah pakar menilai itu adalah pertama kalinya seorang pemimpin Korut menyampaikan pernyataan langsung kepada khalayak internasional. Karena itu, kalimat-kalimatnya perlu ditanggapi secara serius.

Oleh sebab itulah, pemerintah China berupaya meredakan ketegangan kedua belah pihak.

"Semua pihak terkait sebaiknya menahan diri, alih-alih memprovokasi satu sama lain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang.

 


Pernyataan Pertama

Sejumlah analis Korut meyakini bahwa ini merupakan kali pertama Kim Jong-un merilis pernyataan tertulis sebagai pemimpin negara.

"Sejauh yang kami tahu, ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dia jelas tersinggung dengan pidato tersebut dan yang paling mengkhawatirkan adalah respons yang tengah dia pertimbangkan," ungkap Vipin Narang, pakar pencegahan dan kebijakan nuklir yang juga seorang profesor ilmu politik nuklir di MIT.

Dalam pernyataan tertulisnya, Kim menyebutkan bahwa dia "akan mempertimbangkan dengan serius atas respons, tindakan balasan level tertinggi dalam sejarah". Hal ini membuat Narang sulit menutupi kekhawatirannya.

"Saya tidak berpikir bahwa kita harus melompat pada kesimpulan tentang apa yang akan dia uji, tapi saya rasa ini pernyataan yang serius dan kita harus menyikapinya dengan serius".

Sementara itu, di lain sisi, AS terus menekan Korut melalui jalur diplomasi. Washington telah mengumumkan sanksi baru terhadap Pyongyang yang menargetkan individu dan perusahaan yang berbisnis dengan Korut.

Meski mayoritas impor Korut berasal dari China, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan, "Langkah ini ditujukan pada setiap orang dan sama sekali tidak diarahkan secara khusus ke China."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya