Liputan6.com, Riyadh - Arab Saudi kini memperbolehkan perempuan untuk memasuki stadion nasional olahraga King Fadh untuk pertama kalinya. Peristiwa itu menandakan reformasi Arab Saudi sekaligus merayakan 87 tahun ulang tahun negara itu dengan sejumlah konser musik dan penampilan lainnya.
Festival itu diadakan oleh pemerintah Arab Saudi. Tujuannya untuk meningkatkan kebanggaan nasional dan kualitas warganya.
Melansir The Guardian pada Senin (25/9/2017), acara itu juga pertama kalinya memperbolehkan perempuan untuk menghadiri acara operet di Stadiun Riyadh. Kaum hawa juga diperbolehkan menonton konser di Jeddah yang menampilkan 11 musisi Saudi. Konser dimeriahkan oleh kembang api, akrobatik udara dan tarian tradisional.
Acara tersebut merupakan bagian dari program reformasi Saudi Vision 2030 yang dikeluarkan dua tahun lalu. Program itu merupakan diversitas ekonomi agar negara tersebut tidak bergantung pada minyak.
Baca Juga
Advertisement
Pemerintah Saudi kini bergantung pada sektor baru yang mempekerjakan anak muda Saudi dengan lebih membuka diri kepada dunia.
Meski demikian, bagi negara yang menganut garis keras Wahabi itu --di mana larangan gender terjadi di tempat umum--, rencana memberdayakan perempuan masih menemui kendala.
Walau begitu, penguasa Saudi perlahan-lahan mulai melakukan reformasi pada area yang dahulu hanya marak 'dikuasai' oleh ulama. Seperti pendidikan dan hukum. Riyadh mulai membuka diri dengan mempromosikan identitas nasional yang mengurangi komponen agama.
Pemerintah Saudi juga merombak perayaan hari nasional. Sebelumnya pesta semacam ini akan dikritik oleh ulama karena tidak religius dan memalukan Islam.
Bendera Saudi dan papan reklame hijau yang kerap menampilkan wajah Raja Salman dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed pun berkurang semenjak akhir minggu ini. Kebiasaan itu digantikan dengan lampu-lampu benderang hijau di gedung bertingkat seluruh Riyadh dan Jeddah
Sejumlah perusahaan, dari operator telekomunikasi hingga toko furnitur, telah meluncurkan kampanye pemasaran bertema patriotik yang menawarkan diskon untuk liburan akhir pekan.
Badan pemerintah yang menyelenggarakan perayaan hari nasional tersebut, mengharapkan sekitar 1,5 juta orang Saudi menghadiri acara di 17 kota selama empat hari.
Vision 2030 reformasi dimaksudkan untuk menangkap hingga seperempat dari US$ 20 miliar yang dihabiskan di luar negeri oleh warga Saudi, yang terbiasa bepergian ke luar negeri untuk melihat pertunjukan dan mengunjungi taman hiburan di pusat wisata terdekat Dubai atau lebih jauh.
Acara akhir pekan ini, bagaimanapun, bebas untuk umum.
Arab Saudi dan Kebijakan Hapus Dikriminasi Bagi Perempuan
Tren keterlibatan perempuan di aktivitas publik di Arab Saudi telah muncul sejak tahun 2011. Tahun itu ditandai dengan dibolehkannya perempuan untuk masuk dalam Dewan Syura pemerintah. Setahun berikutnya, atlet perempuan Arab Saudi mampu terlibat dalam Olimpiade London 2012, menandai keterlibatan perempuan Negeri Para Raja untuk pertama kalinya pada pesta olahraga dunia itu.
Rencana kebijakan itu juga muncul sebagai alasan untuk melakukan diversifikasi lapangan pekerjaan dengan memasukkan perempuan sebagai tenaga kerja di Arab Saudi. Rencana diversifikasi itu muncul karena Negeri Para Raja berkeinginan untuk mengurangi dependensi pemasukan kas negara dari sektor minyak dan beralih ke sektor ketenagakerjaan.
Bagaimanapun, Arab Saudi masih menempati urutan bontot --yakni di urutan 141 dari 144 negara-- Global Gender Gap. Daftar yang diisukan oleh World Economic Forum itu mengurutkan seberapa besar tingkat segregasi gender di tiap negara dunia yang diukur berdasarkan partisipasi perempuan dalam bidang ekonomi, politik, kesehatan, dan pendidikan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement