Liputan6.com, Pandeglang - Badak bercula satu merupakan hewan endemik di Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten. Sebagai hewan pemalu, aktivitas badak di lokasi konservasi itu tak mudah untuk diamati, termasuk oleh para petugas yang berjaga di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Karena langka, pengalaman bertemu badak bercula satu tak bisa dilupakan. Kepala Balai TNUK, Mamat Rahmat mengungkapkan perjumpaannya dengan induk badak bercula satu yang sedang mengasuh anaknya.Kala itu, jaraknya dari sang induk hanya sekitar satu meter. Ia sempat mengamati mereka bercengkerama sebelum sang induk menyadari kehadiran manusia di sekitarnya.
Setelah induk badak sadar, alarm bahayanya seakan berbunyi. Ia kemudian berusaha menyembunyikan anaknya ke bawah perut sambil terus berputar-putar di tempat mereka berlindung.
"Habis dikira aman, anaknya disuruh lari duluan, terus induknya nginjek jejak badak (anaknya) biar ngapus jejak anaknya. Kotoran nya juga diacak-acak biar enggak ketauan," tutur Mamat, saat ditemui di Pos Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, yang masih masuk ke dalam kawasan TNUK, Minggu, 24 September 2017.
Baca Juga
Advertisement
Badak sangat protektif terhadap anaknya. Hal itu tak lepas dari tak mudahnya badak berkembang biak. Menurut Mamat, proses perkembangbiakan badak baru bisa dimulai saat badak betina mengeluarkan senyawa bernama feromon.Feromon itu, sambung dia, bisa tercium oleh badak jantan karena terbawa angin. Badak jantan kemudian mencari sumber bau dan berusaha menarik perhatian betina. "Bisa berhubungan sampai satu jam. Masa hamil 1,5 tahun, masa menyusui dua tahun," katanya.
Bikin Gugup
Cerita perjumpaan petugas dengan badak pun dikisahkan oleh Jarsani, warga setempat yang menjadi petugas di Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), sebuah lembaga mitra kerja dari Balai TNUK.Warga Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten itu setiap harinya berpatroli untuk mengumpulkan data perkembangan hewan purba tersebut bersama teman-temannya. Ia mengaku sudah bertemu dengan tiga ekor badak di wilayah JRSCA. Semuanya jantan.
"Namanya juga manusia, kalau rasa grogi mah ada," kata Jarsani yang menjabat sebagai Kepala Habitat Manajemen JRSCA ini.
Berdasarkan observasi lapangan Jarsani bersama rekan-rekannya, belum dijumpai badak yang sedang sakit ataupun terluka. "Selama kami kerja di sini, enam tahun, Alhamdulillah sehat," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini: