Rongsokan Besi untuk Alat Pertanian Kopi

Rongsokan besi didaur ulang pandai besi di Kapahiang, Bengkulu, menjadi alat pertanian kopi. Omzet mereka menurun karena harga kopi yang anjlok sejak tahun silam.

oleh Liputan6 diperbarui 21 Mar 2002, 18:47 WIB
Liputan6.com, Bengkulu: Warga di Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, memiliki kemampuan mendaur ulang barang rongsokan dari besi menjadi alat pertanian untuk mengelola kopi. Maklum, Kapahiang memang menjadi sentra produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Alat pertanian yang dibuat adalah arit dan pisau, dari ukuran besar hingga yang terkecil. Namun, kini pendapatan mereka anjlok akibat harga kopi di pasaran melorot sejak setahun silam. "Penjualan kami bergantung pada harga kopi yang naik turun," kata Muhammad Zuhdi, pandai besi di Kapahiang, baru-baru ini.

Zuhdi menuturkan, mereka membeli bahan baku alat pertanian itu dari penjual barang rongsokan seharga Rp 2.500 per kilogram. Barang rongsokan biasanya dari besi mobil, seperti per. Satu per mobil dengan panjang sekitar 60 sentimeter misalnya, dapat dijadikan delapan bilah pisau besar. Jika dibuat arit menjadi enam bilah. Sebilah pisau biasa dijual seharga Rp 15 ribu. Sedangkan arit dan pisau kecil dipatok masing-masing Rp 20 ribu dan Rp 7.500. Dari hasil penjualan itu, mereka mengaku bisa menghidupi anak dan keluarga.

Namun, kata Zuhdi, sejak setahun silam pendapatan mereka merosot. Sebab, hasil penjualan sangat bergantung pada fluktuasi harga kopi yang kini hanya seharga Rp 220 per kilogram. Sejauh ini, alat-alat pertanian yang laku paling banyak dua buah dengan pendapatan paling tinggi Rp 30 ribu per hari. Padahal, biasanya para pandai besi setempat dapat mengantongi hingga Rp 100 ribu per hari, terutama saat kebutuhan alat-alat pertanian meningkat tajam, seperti menjelang dan setelah panen kopi.(DEN/Rishnaldi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya