Perlengkapan untuk Bertahan Saat Perang Laku Keras di Korsel

Di tengah meningkatnya ancaman akibat krisis nuklir Korut, permintaan perlengkapan untuk bertahan hidup semasa perang pun banyak dicuri.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Sep 2017, 15:31 WIB
Seorang pria menonton layar TV yang menunjukkan cuplikan arsip peluncuran rudal Korea Utara, di Stasiun Kereta Seoul, Korea Selatan, Selasa (29/8). Korea Utara menembakkan sebuah rudal balistik di atas wilayah Jepang, Selasa pagi. (AP/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Seoul - Permintaan war survival kits atau perlengkapan untuk bertahan hidup semasa perang meningkat di Korea Selatan, jelang hari libur tahunan Chuseok. Kabar ini muncul di tengah meningkatnya ancaman konflik di Semenanjung Korea.

Chuseok adalah festival panen bagi warga Korea untuk menghormati nenek moyang mereka. Secara tradisional, mereka akan saling memberikan makanan atau hadiah. Para pedagang menyebut bahwa perayaan pada tahun ini boleh jadi "bertemakan" perang.

"Telah terjadi lonjakan permintaan war survival kits saat ini," kata Hong Soon-chul, Kepala Komunikasi Pemasaran E-bay Korea, kepada the Korea Herald seperti dilansir Telegraph pada Selasa (26/9/2017).

"Kami tidak mengiklankan atau memasarkan barang semacam itu karena bisa memicu kekhawatiran yang berlebihan. Namun, faktanya permintaan meningkat," ujarnya.

Situs belanja online, Auction, juga melaporkan permintaan war survival kits meningkat 77 persen. Sementara itu, permintaan akan radio portabel melonjak menjadi 46 persen pada 2 hingga 5 September. Rentang waktu tersebut merupakan saat setelah Korut melakukan uji coba nuklir keenam.

Perlengkapan untuk bertahan hidup lazimnya terdiri atas ransum, peralatan pertolongan pertama, kantong tidur, dan radio kecil.

Kantor berita Yonhap melaporkan, salah satu perusahaan pelayaran yang berkantor pusat di Seoul telah mengirimkan pasokan war survival kits kepada karyawan mereka pada pekan lalu. Melalui sebuah pengumuman resmi, mereka meminta para karyawan mengambilnya untuk berjaga-jaga saat menghadapi situasi darurat.

"Saya awalnya bingung, tapi saya pikir tidak terlalu buruk memiliki war survival kits di rumah, terlebih setelah menonton siaran berita terbaru," tutur salah seorang karyawan kepada Yonhap.

Warga Korsel yang kelak akan terjebak di tengah perang--jika pertempuran meletus--antara Korut dan AS secara umum optimistis mengenai nasib mereka. Namun, ludesnya war survival kits ini membuktikan bahwa kekhawatiran di kalangan warga tak terelakkan.

Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel telah mengimbau warga untuk menyiapkan setidaknya satu "tas koper" per keluarga, yang dapat menopang hidup mereka setidaknya selama 72 jam.


Tembakan Peringatan Korsel untuk Korut

Sebelumnya, usai uji coba penembakan misil Korea Utara yang diklaim berhasil, Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan ke arah udara Korut. Aksi itu diambil oleh tentara Korsel karena ada objek misterius yang terbang masuk ke wilayah udara Seoul dari arah Pyongyang.

Benda itu menyeberang dari Korut ke Korsel di wilayah Zona Demiliterasi. Demikian pernyataan tentara Korsel seperti dikutip dari News.com.au pada 23 Maret 2017.

Benda yang tak dikenal itu terbang pada Selasa sore, 23 Mei 2013. Salah satu pejabat pemerintahan Korsel menyebut itu adalah drone.

Pihak pejabat Korsel tak memberi detail lebih lanjut. Namun, peristiwa melayangnya drone di kawasan itu pernah terjadi. Saat itu, pesawat tanpa awak tersebut milik pribadi bukan tentara.

Namun, sejauh ini militer Korea Selatan tidak memberikan detil apa pun mengenai benda yang ditembak itu. Mereka juga tak memberikan informasi apakah jatuh atau kembali ke perbatasan.

"Militer kami makin memperkuat keamanan terutama ancaman dari Korea Utara," kata pernyataan militer Korea Selatan.

Tensi makin meninggi seiring dengan konstannya Korea Utara melakukan uji coba misil. Hingga saat ini, semenjak Presiden Trump menghuni Gedung Putih, Korea Utara telah meluncurkan 10 misil dalam tujuh kesempatan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya