Liputan6.com, Pyongyang - Sejarah dunia tak bisa dipisahkan dari berbagai dinamikanya. Masa damai dan konflik, kesejahteraan dan kemiskinan, kesengsaraan dan kebahagiaan, menjadi hal-hal yang terjadi silih berganti selama masih ada kehidupan di muka Bumi.
Baca Juga
Advertisement
Berbagai peristiwa besar pun kerap mengisi catatan sejarah dunia, mulai dari perang hingga bencana yang menewaskan ratusan hingga ribuan jiwa. Beberapa kali, serangkaian peristiwa besar terjadi dalam waktu yang berdekatan, seperti yang terjadi sepanjang September hingga Agustus ini.
Serangkaian gempa, badai, hingga erupsi terjadi beruntun dalam waktu tak kurang dari dua bulan. Salah satunya adalah badai yang menerjang Karibia dan Amerika Serikat bagian selatan, mulai dari badai Harvey, Irma, hingga Katia.
Tak hanya itu, beragam peristiwa besar lain yang menyedot perhatian dunia juga terjadi sepanjang Agustus hingga September 2017. Dikutip dari Wonderlist, Selasa (26/9/2017), berikut lima di antaranya:
1. Gempa, Banjir, dan Badai
Musibah seakan datang beruntun. Setelah gempa Meksiko berkekuatan 8,1 skala Richter terjadi pada Kamis, 7 September 2017, dua hari setelahnya badai Katia menghantam.
Dua pekan sebelumnya, badai Harvey menerjang Texas, Amerika Serikat. Belum pulih dari badai tersebut, AS bagian selatan kembali diterjang oleh badai Irma dan Maria. Kerusakan dan kerugian dalam jumlah besar pun tak terhindarkan.
Tak lama setelah fenomena itu menerjang AS, gempa kembali mengguncang Meksiko. Lindu 7,1 SR itu menyebabkan lebih dari 200 orang tewas.
Nuklir Korut dan Ramalan Kiamat
2. Propaganda Nuklir Korut Vs AS
Uji coba bom hidrogen oleh Korea Utara, menjadi puncak sorotan tajam dunia atas serangkaian aksi negara pimpinan Kim Jong-un yang dinilai mengancam stabilitas.
Atas aksi tersebut, Dewan Keamanan (DK) PBB sepakat mengadopsi resolusi yang dirancang Amerika Serikat untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara. Menanggapi sanksi itu, Korut mengancam AS dengan apa yang mereka sebut "rasa sakit terhebat".
Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-ho menuding Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendeklarasikan perang terhadap negaranya. Tak hanya itu, Ri juga menyatakan bahwa Pyongyang memiliki hak untuk menembak jatuh pesawat pengebom AS.
Pernyataan Ri adalah respons atas kicauan Trump di Twitter yang menyebutkan, "kepemimpinan Korut tidak akan bertahan lebih lama jika mereka terus melanjutkan retorikanya".
3. Ramalan Kiamat 23 September 2017
Seorang numerolog, David Meade, mengatakan bahwa pada 23 September 2017 Nibiru akan datang dan menghancurkan Bumi.
Ramalan Meade diikuti dengan rekaman di situs berbagi video oleh kelompok evangelis Kristen yang meramalkan Rapture atau Pengangkatan, viral di dunia maya dengan judul September 23, 2017: You Need to See This.
Ada alasan Meade meramalkan kiamat 23 September 2017, yakni berdasarkan ayat dan kode angka di Alkitab. Namun, semua omongan Meade dimentahkan oleh ilmuwan NASA, David Morisson.
Benar saja, prediksi Meade tak terbukti. Meski mengaku bahwa dunia tak berakhir pada tanggal tersebut, ia mengatakan bahwa serangkaian bencana akan terjadi dalam beberapa pekan mendatang.
Advertisement
Krisis Rohingya dan Rudal Korut
4. Krisis Kemanusiaan Rohingya
Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, mendapat sorotan dan tekanan dari dunia internasional atas krisis kemanusiaan di Rakhine. Diperkirakan, 400.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari gelombang kekerasan di Myanmar.
Gelombang pengungsi mulai terjadi pada pertengahan Agustus 2017. Kala itu militer Myanmar meluncurkan operasinya di negara bagian Rakhine -- rumah bagi warga Rohingya -- setelah sejumlah orang menyerang beberapa kantor polisi.
Militer Myanmar menyalahkan Arakan Rohingya Salvation Army (Arsa) atas kejadian tersebut.
Operasi militer itu disebut militer Myanmar untuk menumpas para militan. Pemerintah Myanmar pun berulang kali menyebut bahwa pihaknya tak menargetkan warga sipil. Namun, para saksi mata membantah klaim tersebut.
5. Misil Korut Melintas Daratan Jepang
Kurang dari sebulan, Korea Utara dua kali meluncurkan rudal yang melintasi daratan Jepang. Kedua rudal tersebut sama-sama jatuh di Samudra Pasifik.
Pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan kepada warga, yang dikenal dengan J-Alert, atas peluncuran rudal Korut itu.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan bahwa peluncuran tersebut sama sekali tak dapat diterima dan bertentangan dengan keinginan komunitas internasional untuk mencapai solusi damai.
"Komunitas internasional harus bersatu dan mengirimkan pesan jelas setelah Korea Utara melakukan provokasi yang membahayakan," ujar Abe.
"Kita harus membuat Korea Utara mengetahui bahwa tak ada masa depan yang cerah bagi Korea Utara jika ia terus melakukan hal ini," imbuh dia.