Liputan6.com, Jakarta Kylian Mbappe tengah merintis jalan menuju kejayaan. Pemain yang baru berusia 18 tahun itu mulai menjelma sebagai striker paling mematikan bagi pertahanan lawan.
Wajar bila pada bursa transfer musim panas lalu, sederet klub elite Eropa mengantre mendapatkan tanda tangannya. Namun pilihan akhirnya jatuh ke Paris Saint Germain (PSG). Les Parisiens mendatangkannya dengan status pemain pinjaman berikut opsi pembelian permanen senilai 180 juta euro pada musim panas mendatang.
Baca Juga
Advertisement
Ini tentu saja jadi lompatan besar bagi pemain yang baru dua musim panas lalu merayakan kelulusannya dari sekolah menengah atas (SMA). Namun kesuksesan Mbappe tentu tidak didapat dalam sekejap mata. Butuh proses dan perjalanan yang tidak mudah baginya.
BBC belum lama ini menelusuri masa lalu Mbappe. Media asal Inggris itu mewawancarai sejumlah pihak yang terlibat pada masa kecil Mbappe, termasuk Antonio Riccardi U-13 AS Bondy. Tidak hanya mengasah skill Mbappe, Riccardi juga kadang jadi pengasuhnya.
"Kylian selalu berfikir tentang sepak bola, selalu bicara sepak bola, selalu nonton bola--dan jika tidak, itu berarti dia tengah bermain sepak bola di PlayStation," kata Riccardi.
Riccardi memang sangat dekat dengan keluarga Mbappe. Setelah latihan selesai, dia kadang membawa Mbappe pulang sembari menunggu ibunya datang menjemput.
"Dia selalu ingin bermain di ruang tamu. Sofa atau meja jadi gawangnya. Dia akan berkata, "Jangan bilang ibuku dan jangan bilang ke ayahku juga sebab mereka tidak ingin saya main di sini. Tolong jangan bilang ya." Jadi kami terus bermain dan saya merahasiakannya. Untungnya dia sama sekali tidak memecahkan barang apapun," beber Riccardi.
Riccardi menambahkan, Mbappe tidak punya klub favorit sejak kecil. Namun dia punya sederet pemain idola. Sebagian poster-poster mereka bahkan menghiasi kamarnya.
"Dia adalah penggemar Cristiano Ronaldo. Ronaldo benar-benar pahlawan masa kecilnya."