Liputan6.com, Karo - Dua kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali diselimuti abu vulkanik sebagai dampak dari erupsi Gunung Sinabung. Dua kecamatan yang diguyur hujan abu vulkanik Sinabung adalah Berastagi dan Merdeka. Peristiwa ini terjadi pada Selasa pagi tadi sekitar pukul 10.00 WIB.
"Saat ini kondisi di Kabupaten Karo, untuk pengungsi sendiri tidak terdampak, karena pengungsi berada di zona aman," ucap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Natanael Perangin-angin, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa malam, 26 September 2017.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengungkapkan, kondisi terkini di sebagian wilayah yang diselimuti abu vulkanik Sinabung sudah disiram, serta telah dilakukan pemberian masker kepada masyarakat di sejumlah titik keramaian, seperti di Desa Semangat, Kecamatan Berastagi.
"Anggota kita mobile juga tadi, ada sekitar tiga kotak masker yang dibagikan, atau kurang lebih 3.000 masker," ia menambahkan.
Selain membagi-bagikan langsung kepada warga, pihak BPBD Karo juga memberikan masker langsung kepada kepala desa di beberapa daerah yang terkena hujan abu Gunung Sinabung untuk dibagikan ke warganya. Menurut Natanail, hal seperti ini terjadi hampir setiap hari dan tidak bisa diprediksi.
"Kebetulan di posko-posko pengungsian kita juga tidak terdampak, hanya Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Merdeka. Kondisi sudah aman," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Ada 8 Posko Pengungsian
Hingga saat ini, ada delapan posko pengungsian korban erupsi Gunung Sinabung yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Karo, yaitu di Berastagi, Kabanjahe, Simpang Empat, dan Tiganderket. Masing-masing-masing posko berjarak kurang lebih 10 kilometer dari Gunung Sinabung.
Natanail juga menyampaikan, untuk kebutuhan pengungsi sampai pada saat ini telah dipenuhi pemerintah pusat. Tapi, ada yang belum dibicarakan pihaknya dengan pemerintah, seperti hal-hal terdampak yang tidak diungsikan. Misalnya, lahan pertanian yang terkena hujan abu hingga mengalami kerusakan.
"Ini kan belum ada perhatian ke mereka, para warga selaku pemilik lahan pertanian itu. Dan ini hampir semua lahan, hingga aktivitas pertaniannya terganggu," ia menerangkan.
Sebelumnya, berdasarkan pengamatan pada 25 September hingga 26 September 2017, Gunung Sinabung tampak jelas hingga kabut. Namun, asap kawah putih tipis teramati dengan tinggi 50-100 meter di atas puncak.
Laporan aktivitas terkini Gunung Sinabung yang berstatus Awas Level IV (Awas) sejak 2 Juni 2015, seperti diinformasikan laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Melalui rekaman seismograf, tercatat 2 kali erupsi atau letusan, teramati kolom abu putih keabuan tebal mencapai ketinggian 4.000 meter di atas puncak condong ke timur-tenggara. Terekam 52 kali guguran lava dan secara visual teramati meluncur sejauh 500-1.000 meter ke arah tenggara-timur dan selatan.
Adapun bendungan di Sungai Laborus, terbentuk akibat penumpukan endapan awan panas, dan masih berpotensi menyebabkan lahar atau banjir bandang jika bendungan jebol.
Terkait hal itu, warga dan pengunjung diimbau agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius tiga kilometer dari puncak, dan secara sektoral dari puncak dalam jarak tujuh kilometer ke selatan-tenggara, enam kilometer ke tenggara-timur, dan empat kilometer timur-utara.
Mengingat telah terbentuk bendungan di hulu Sungai Laborus, maka penduduk yang bermukim di hilir sekitar daerah aliran Sungai Laborus agar tetap menjaga kewaspadaan, karena bendungan ini sewaktu-waktu dapat jebol akibat tidak kuat menahan volume air, sehingga mengakibatkan lahar atau banjir bandang ke hilir.
Advertisement