Korut Pernah Hancurkan Pesawat AS, Akankah Kembali Terulang?

Pada 1969, dua jet tempur Korea Utara pernah menembak jatuh pesawat pengintai milik Amerika Serikat.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 27 Sep 2017, 08:15 WIB
Pesawat B-1B Bomber milik AS yang tengah bersiap lepas landas di Andersen Air Force Base, Guam (AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Sabtu 23 September 2017, dua pesawat militer Amerika Serikat terbang di langit internasional, namun sangat dekat dengan wilayah kedaulatan udara Korea Utara.

Peristiwa itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump kembali mengumbar retorika untuk menghancurkan Korut di Sidang Majelis Umum PBB New York, pada 19 September lalu.

Menariknya, aksi unjuk gigi dua pesawat AS itu terjadi pada hari yang sama ketika Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Yong-ho menyampaikan pidato di hadapan Sidang Majelis Umum PBB.

Merespons peristiwa itu, sang menlu mengumumkan sikap Pyongyang yang agresif. Ia mengatakan bahwa negaranya memiliki hak untuk membela diri, bahkan terhadap pesawat AS yang tidak memasuki wilayah udara Korut.

Berdasarkan hukum internasional, sebuah negara yang menembak pesawat negara lain yang melintas di langit internasional dapat dimaknai sebagai sebuah aksi agresif yang berpotensi menyulut tensi tinggi --baik politik hingga militer-- antara masing-masing pihak.

Akan tetapi, menilik ke masa lampau, Korut sesungguhnya pernah benar-benar menembak jatuh pesawat AS yang terbang di langit internasional dekat dengan wilayah kedaulatan udara Korut. 

Pada 1969, dua jet tempur Korut pernah menembak jatuh pesawat pengintai milik AS di langit internasional. Akibatnya 31 kru pesawat AS tewas pada kala itu. Demikian seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (27/9/2017).

Dua jet tempur Korut jenis Mig-21 menyerang satu pesawat pengintai AS jenis Lockheed EC-121M (yang terbang tunggal tanpa pengawalan) hingga jatuh di 166 km lepas pantai Korut pada 1969.

Pesawat pengintai itu tengah melaksanakan misi terbang unjuk kekuatan kepada Pyongyang di Laut Jepang, atas perintah Presiden AS Richard Nixon, yang kala itu memang mengambil sikap pasif-agresif kepada Korut.

Lima belas bulan usai peristiwa itu, kapal patroli Korut menyerang kapal AS USS Pueblo saat berlayar 1,6 km dari teritorial laut Korut. Tak hanya itu, kru kapal Korut bahkan menginvasi USS Pueblo.

Akibatnya satu kru USS Pueblo tewas. Dan satu lagi menjadi tawanan Korut selama satu tahun.

Kini, jika Kim Jong-un memerintahkan militernya untuk melakukan tindakan agresif seperti pada akhir 1960-an, analis yakin, Korut akan melancarkan aksinya dengan menembakkan rudal ke target AS.

"Korea Utara memiliki salah satu sistem pertahanan udara terpadat di dunia, mulai dari rudal jarak pendek dan senjata anti-pesawat terbang hingga rudal jarak jauh," kata Lance Gatling, seorang analis pertahanan dan presiden Nexial Research Inc.

Rudal anti-pesawat paling canggih yang dimiliki Korut adalah KN-06, varian S-300 SAM Rusia yang "sangat mampu" menghancurkan alutsista Negeri Paman Sam, jelas Gatling.

Akan tetapi, rincian kemampuan sistem artileri pertahanan udara itu tak jelas adanya. Karena hanya dua peluncuran uji yang terdeteksi, meski begitu, media pemerintah Korut mengklaim bahwa sistem persenjataan itu telah mampu dioperasikan secara mumpuni.

"Jelas rudal ini bisa terbang ke wilayah udara internasional di lepas pantai timur semenanjung," tambah Gatling.

Meski begitu, jika aksi sembrono tersebut benar-benar dilakukan Korut kepada alutsista AS yang melintas di kawasan internasional, tindakan itu sama saja dengan menabuh genderang perang.


AS Kirim 2 Pesawat Militer ke Perbatasan Korut

Sebagai ajang unjuk gigi, AS mengirim pesawat bomber B-1B yang dikawal jet tempur F-15C ke perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan di DMZ pada Sabtu 23 September 2017.

Menurut Pentagon, misi terbang itu merupakan salah satu bentuk keseriusan Presiden Donald Trump dalam menangani Korea Utara.

"Misi tersebut merupakan demonstrasi AS untuk menyampaikan pesan bahwa presiden (Trump) memiliki banyak opsi militer untuk mengalahkan berbagai macam ancaman," jelas Juru Bicara Pentagon, Dana White.

Berdasarkan keterangan Pentagon, B-1B bomber lepas landas dari Guam. Sementara F-15C memulai misi terbang mengawal B-1B dari Okinawa, Jepang.

Keduanya terbang di wilayah udara internasional di atas perairan timur Korea Utara. Dari sana, mereka melintasi wilayah utara DMZ. Misi itu dianggap bersejarah, mengingat kedua pesawat tersebut menjadi alutsista AS pertama yang terbang sangat dekat dengan Korut sepanjang Abad ke-21.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya