Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Industri India Suresh Prabu dalam forum pertemuan tingkat Menteri Perdagangan, yaitu Indonesia-India Biennial Trade Ministers’ Forum (BTMF) ke-2. Keduanya membahas tarif CPO dan peluang kerja sama di bidang farmasi
Enggartiasto mengatakan, pertemuan ini sangat strategis karena India dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki hubungan sejarah, ekonomi, dan sosial yang sangat dekat.
"Kedua Kepala Negara memiliki komitmen untuk meningkatkan hubungan di segala bidang, termasuk perdagangan dan investasi," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (27/9/2017).
Baca Juga
Advertisement
Dia menjelaskan, fokus dari BTMF adalah membahas isu-isu perdagangan bilateral dan menindaklanjuti hasil BTMF pertama.
Selain itu, hal ini juga untuk menindaklanjuti hasil pertemuan kedua kepala negara pada Desember 2016. Indonesia dan India melakukan BTMF terakhir enam tahun lalu, yaitu pada 4 Oktober 2011 di Jakarta.
Enggartiasto menuturkan, Indonesia mengangkat isu peningkatan bea masuk CPO dari 7,5 persen menjadi 15 persen dan turunannya seperti olein dari 15 persen menjadi 25 persen. Peningkatan bea masuk ini menyebabkan penurunan daya saing produk andalan ekspor Indonesia ke India.
"Selain itu, kami juga mengangkat isu produk lain seperti pinang, kopi, karet, dan minyak atsiri yang juga dikenai tarif tinggi. Padahal, produk tersebut diperlukan untuk industri dalam negeri India. India sudah menerima keluhan Indonesia, dan siap membahas hal ini lebih lanjut dalam pertemuan RCEP berikutnya," kata Enggartiasto.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Selain isu CPO, kedua menteri juga membahas kerja sama di bidang farmasi. Dalam hal ini, Indonesia mengundang kembali India untuk berinvestasi di bahan baku obat atau Active Pharmaceutical Ingredients (API).
Keduanya sepakat isu pengembangan investasi di bidang farmasi akan dibahas lebih lanjut dalam melalui pertemuan teknis otoritas farmasi dan kesehatan kedua negara.
"Pertemuan diadakan dengan semangat kerja sama dan kekeluargaan. Kedua negara harus melihat secara positif dan mencari cara secara kreatif. Bukan bagaimana menurunkan impor, tapi lebih kepada bagaimana meningkatkan ekspor masing-masing negara sehingga terjadi perdagangan yang berkelanjutan," ungkap dia.
Kedua menteri sepakat meminta pejabat tinggi kedua negara meningkatkan intensitas pertemuan, baik formal maupun informal, untuk membahas isu-isu perdagangan dan investasi yang muncul antara kedua negara.
Sementara itu, salah satu hasil penting dari BTMF ke-2 adalah disepakatinya pembentukan Kelompok Kerja Perdagagangan dan Investasi (Working Group on Trade and Investment Forum/WGTIF) dan Kelompok Kerja Fasilitasi dan Resolusi Perdagangan (Working Group on Trade Facilitation and Resolution/WGTFR).
Kedua kelompok kerja bertujuan membahas isu-isu teknis agar pertemuan BTMF selanjutnya dapat membahas isu-isu baru yang relevan di masa depan. Sebagai contoh, isu-isunya seperti sektor jasa dan kemajuan teknologi.
Kedua kelompok kerja ini direncanakan untuk melakukan pertemuan pertama di awal 2018. Sebelum pertemuan tingkat menteri, terlebih dahulu digelar pertemuan tingkat pejabat senior (senior officials meeting).
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo dan Delegasi India dipimpin oleh Joint Secretary, Department of Commerce and Industry, dan Ministry of Commerce and Industry of India, Shri Rajneesh
Advertisement