Liputan6.com, Banyumas - Pemilik situs nikahsirri.com, Aris Wahyudi, dalam situsnya menuliskan bahwa keperawanan seorang gadis adalah aset ekonomi. Untuk itu, dia menganggap bahwa lelang keperawanan bisa menjadi salah satu solusi mengentaskan kemiskinan.
Aris mengaku terinspirasi novel legendaris yang telah dialihbahasakan ke dalam tiga bahasa, Ronggeng Dukuh Paruk, karya budayawan sekaligus penulis asal Banyumas, Ahmad Tohari. Dalam novel itu, tokoh utama, Srintil, yang seorang ronggeng baru, digambarkan mendapatkan harta melimpah dari ritual bukak klambu, atau malam pertama melayani lelaki bagi seorang ronggeng.
Baca Juga
Advertisement
Keperawanan Srintil dilelang ke lelaki yang mampu memberikan harga tertinggi. Kala itu, Srintil digambarkan masih sangat muda, berusia belasan tahun. Menanggapi hal itu, penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari, mengatakan Aris telah salah kaprah mengartikan ritual bukak klambu.
Sebab, Ahmad Tohari menempatkan ritual itu dalam khazanah tradisi kesenian lama, dan hanya diperuntukkan bagi seorang ronggeng. Jadi, dia menegaskan ritual bukak klambu bukan soal lelang keperawanan seorang gadis.
"Ya, itu konteksnya dalam berkesenian. Dan itu sifatnya semacam ritus (tata cara dalam upacara keagamaan). Bukan untuk diperdagangkan. Saya menempatkan khazanah tradisi lama, yang pernah ada, yang sekarang sudah tidak ada,” ucap Ahmad Tohari kepada Liputan6.com, Selasa, 26 September 2017.
Bahkan, Tohari melanjutkan, sang ronggeng, Srintil pun, bukan semata-mata digambarkan sebagai pengeruk harta. Sosok Srintil adalah tokoh perempuan yang menyukai seni, hidup di alam remang, tetapi juga memiliki sisi humanis perempuan biasa.
Srintil bercita-cita menjadi seorang istri sah. Ia dikisahkan amat mencintai Rasus, seorang tokoh utama lain dalam novel tersebut.
"Pergerakan mental atau dinamika mental seorang perempuan, dari alam gelap ke alam terang. Jadi memang ada kontras. Alam gelap itu ya pelacur, ya melayani banyak laki-laki. Alam terang itu, yang Srintil itu bercita-cita menjadi istri. Apa pun ingin dilakukan. Jadi istri kedua pun mau, asal dinikah secara sah," Tohari menerangkan.
Dia juga membantah ada tradisi lelang keperawanan pada masa lalu. Sebab, untuk masyarakat biasa, tradisi bukak klambu itu tak ditemui. "Tidak ada. Itu khusus di dunia ronggeng saja," dia menegaskan.
Tohari mengaku, pada masa lalu, secara terbatas dalam tradisi Jawa memang ditemui ada tradisi gowok. Gowok adalah sesosok perempuan terdidik yang jasanya adalah melatih calon pengantin lelaki sebelum menikah dengan mempelai perempuan.
Gowok bertugas mempersiapkan lelaki muda, baik secara fisik maupun mental. Namun, kata dia, tradisi gowok dan ronggeng merupakan dua hal yang berbeda.
"Dulunya itu tradisi untuk mempersiapkan pengantin lelaki sebelum nikah dengan istrinya yang sebenarnya. Itu pun sudah lama hilang. Kalau gowok itu sebelum merdeka sudah hilang, kalau bukak klambu itu hilang setelah geger kemerdekaan. Sudah hampir tidak ada lagi," ujar dia.
Tohari menganggap Aris, sang pemilik situs nikahsirri.com, hanya mengartikan sepotong dari keseluruhan novel. Untuk itu, ia pun berharap agar pembaca benar-benar membaca keseluruhan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Dengan begitu, pembaca tak salah kaprah.
"Kalau saya melihat, Aris itu hanya anak nakal. Bukan anak jahat, bukan. Nyari duit ya seperti itu. Tidak membaca novel saya secara mendalam," Tohari menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini: