Jalur Penerbangan di Sekitar Gunung Agung Berstatus Oranye

Peringatan status oranye jalur penerbangan di atas Gunung Agung dikeluarkan melalui laman Vulcano Observatory Notice to Aviation (VONA).

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2017, 13:30 WIB
Suasana pemandangan Gunung Agung dari Karangasem di pulau resor Bali, Indonesia (23/9). Pihak BNPB Indonesia mengatakan, Gunung Agung di Karang Asem, Bali dalam status awas. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Liputan6.com, Karangasem - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan peringatan level oranye untuk jalur penerbangan terkait status Awas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali. Sebab, berpotensi terjadi letusan dengan estimasi ketinggian lima hingga 10 kilometer.

"Oleh karena Gunung Agung status kritis walaupun abu belum muncul, tetapi ada gejala di bawah permukaan, sehingga kami umumkan kepada pilot bahwa ini 'orange', karena setiap saat bisa meletus," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi PVMBG, Gede Suantika, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, Rabu (27/9/2017), dilansir Antara.

Menurut Suantika, meski saat ini belum terpantau abu, informasi tersebut diharapkan menjadi pertimbangan kepada pilot untuk mewaspadai Gunung Agung. Pilot pun diharapkan menghindari jalur di atas Gunung Agung karena letusan gunung yang tidak dapat diprediksi.

Peringatan tersebut, ujar dia, telah dikeluarkan melalui laman Vulcano Observatory Notice to Aviation (VONA) pada Selasa malam, 26 September 2017.

Suantika menjelaskan, aktivitas magnitudo gempa sekuat 4,2 Skala Richter terjadi kemarin dengan kedalaman lima kilometer pada episentrum empat kilometer barat laut Karangasem juga menjadi salah satu indiktor pihaknya menaikkan level "orange" untuk penerbangan.

"Begitu ada gempa besar, kami takut ada letusan tiba-tiba," kata Suantika.

Meski pihaknya mengeluarkan level oranye, kewenangan untuk melarang melintas di jalur udara atau di atas Gunung Agung berada di tangan otoritas terkait.

Terkait aktivitas vulkanik Gunung Agung, Suantika mengatakan, jumlah kegempaan tercatat menurun, tapi energi yang dikeluarkan semakin besar. "Jumlah kegempaan cenderung menurun, tetapi jika dikonversi gempa ke energi memang masih merangkak naik," ucapnya.

PVMBG mencatat aktivitas vulkanik dalam pada Senin, 25 September 2017, mencapai 448 kali. Namun, jumlah itu menurun menjadi 416 kali pada Selasa, 26 September 2017.

Dari pengamatan visual, Rabu ini mulai pukul 00.00 hingga 06.00 Wita, Suantika menjelaskan bahwa tinggi asap kawah tidak teramati dengan Gunung Agung yang tertutup kabut tebal dan tanda-tanda erupsi belum tampak.

Aktivitas kegempaan terekam untuk vulkanik dangkal sebanyak 106 kali, vulkanik dalam 165 kali, dan tektonik lokal 27 kali.

PVMBG masih merekomendasikan daerah bahaya tidak boleh ada aktivitas, yakni dalam radius sembilan kilometer dari puncak dan dalam sektoral barat daya, selatan, tenggara, timur laut, dan utara sejauh 12 kilometer dari puncak.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya