Ada 121 Kamera Trap Pantau Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

WWF Indonesia telah mengadakan penelitian dan pengawasan habitat badak bercula satu di Ujung Kulon, sejak tahun 1962 bersama warga.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 28 Sep 2017, 07:01 WIB
Dengan 121 kamera trap, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) bersama WWF Indonesia dapat bekerja sama untuk memantau badak Jawa atau badak bercula satu. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Pandeglang - Organisasi konservasi WWF Indonesia memberikan bantuan sebanyak 121 kamera trap kepada Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) untuk mengawasi kehidupan badak Jawa atau badak bercula satu di habitat alaminya.

"Sebanyak 121 kamera trap yang diharapkan dapat memonitor bersama Balai (TNUK). Dan melakukan intervensi konservasi yang lebih inovasi," ucap Direktur Konservasi WWF Indonesia, Arnold Sitompul, saat ditemui di TNUK, Minggu, 24 September 2017.

Arnold menjelaskan bahwa WWF Indonesia telah mengadakan penelitian dan pengawasan habitat badak bercula satu di Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten, sejak tahun 1962 bersama masyarakat setempat.

"Kami akan bekerja sama terus dengan masyarakat untuk sama-sama melestarikan badak Jawa," katanya.

Apalagi, habitat badak Jawa atau badak bercula satu, kehidupannya lebih baik ketimbang badak Sumatera yang habitatnya semakin menyempit karena perambahan hutan. Merujuk data yang dimiliki WWF Indonesia, badak Sumatera hanya berjumlah sekitar 100 ekor yang hidup di habitat alaminya dan tersebar di Kalimantan dan Sumatera.

"Badak di Kalimantan masuk ke wilayah hutan produksi, kondisinya memprihatinkan. Ini salah satu spesies langka. Kita ada dua spesies dari lima spesies badak di dunia," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Fase Kritis Badak Jawa

Empat anak badak bercula satu di Ujungkulon diberi nama. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Badak bercula satu merupakan salah satu hewan yang termasuk hewan langka. Populasinya kini hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Jumlahnya pun tidak seberapa.

Kepala Balai TNUK Mamat Rahmat mengungkapkan sejumlah faktor mulai menghantui eksistensi fauna khas Indonesia ini. Badak bercula satu bisa terancam punah kapan saja.

"Ancaman penyakit, ancaman Gunung Krakatau, tsunami, bisa memusnahkan badak Jawa. Tapi kami optimistis tetap bisa melestarikannya," kata Mamat, yang ditemui usai peringatan Hari Badak Sedunia, Jumat, 22 September 2017.

Agar hewan tersebut tetap lestari dan bisa berkembang biak semakin banyak, maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) sedang mengkaji habitat badak bercula satu di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi ini diperkirakan memiliki kondisi yang stabil sehingga aman dari bencana alam.

"Second habitat badak Jawa yang sedang kita kaji di Sukabumi, di taman margasatwa Cikepuh," kata Wiratno, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), di tempat yang sama.

Pihaknya mengaku segera melihat lokasi yang akan dijadikan habitat kedua badak bercula satu di wilayah Sukabumi itu. Di mana, habitat alami kedua tersebut harus memiliki keamanan yang tinggi dan ketersediaan pakan badak yang memadai.

"Keamanan yang juga harus kita kaji agar bisa dipindahkan ke sana, second habitat. (Ada habitat lainnya) di Cikepuh, di Sancang. Tapi yang prospek di Cikepuh. Karena luasannya cukup, habitatnya juga, ragam pakannya juga," jelas Wiratno.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya