Kupu-Kupu Terbesar di Dunia Terancam Punah, Ini Penyebabnya

Spesies yang biasa disebut The Queen Alexandra's Birdwing itu menghadapi kepunahan dengan jumlah yang semakin menyusut.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 28 Sep 2017, 20:00 WIB
Spesies yang biasa disebut The Queen Alexandra's Birdwing itu menghadapi kepunahan dengan jumlah yang semakin menyusut.

Liputan6.com, Jakarta - Kupu-kupu terbesar di dunia -- spesies yang terancam punah -- mungkin akan menjadi hewan pertama yang memperoleh manfaat dari proyek konservasi baru di Papua Nugini. Spesies yang biasa disebut The Queen Alexandra's Birdwing itu menghadapi kepunahan dengan jumlah yang semakin menyusut.

Hal ini karena industri kelapa sawit mengambil habitat aslinya juga penebangan liar dan perdagangan ilegal. Dalam lingkup kecil di sekitar Popondetta, utara Papua Nugini misalnya, hanya terdapat 10 ekor kupu-kupu betina per kilometer persegi.

Para pelestari dan pencinta lingkungan berharap proyek baru yang meliputi penyelamatan, pembibitan, dan pelepasan kembali kupu-kupu ke alam liar yang melibatkan masyarakat setempat, programnya dapat diperluas. Laboratorium proyek konservasi itu sendiri akan berlokasi di perkebunan kelapa sawit Higaturu milik New Britain Palm Oil dan dikelola oleh ahli entomologi dan teknisi.

Ahli konservasi mengatakan bahwa pekerjaan mereka independen secara finansial dari industri kelapa sawit, tapi kolaborasi itu sangat penting. Anggota Swallowtail and Birdwing Butterfly Trust dan ahli entomologi Charles Dewhurst mengatakan bahwa dia yakin proyek tersebut akan melindungi spesies itu yang telah terancam punah selama empat dekade.

"Ini memiliki keuntungan tidak hanya karena berada di jantung lokasi, tapi juga mendapat dukungan dari semua penjuru. Kerja sama semacam ini akan membuat perbedaan," kata dia, seperti dikutip dari The Independent.

Mark Collins, mantan rekan penulis buku Data Merah IUCN tentang kupu-kupu invertebrata dan kupu-kupu Swallowtail serta ketua Swallowtail and Birdwing Butterfly Trust, telah berupaya menyelamatkan kupu-kupu selama 30 tahun.

"Kita perlu menciptakan win-win solution. Semua orang suka kupu-kupu, mereka adalah spesies andalan dan dapat membawa kembali faktor positif bagi mereka yang bekerja di sektor minyak kelapa sawit, masyarakat lokal, dan sebagai daya tarik wisatawan," jelas dia.

Mereka berencana untuk mempelajari area terbaik untuk melepaskan kupu-kupu di hutan yang mengelilingi perkebunan kelapa sawit, menanam tanaman rambat di daerah tersebut, dan memastikan ada persediaan tanaman makanan mereka, yaitu Vine Pipe Belanda.

(Sul/Ul)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Saksikan video menarik berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya