Liputan6.com, Kupang - Keputusan Sandro Alvian Banu, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, meninggalkan beribu tanya di benak kerabat dan orangtuanya. Pasalnya, tanpa diduga, mahasiswa Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang itu berani melakukan tindakan tersebut.
Sosok Sandro dikenal periang di kalangan teman-teman kuliahnya. Namun, memang sebelum dia menjemput ajalnya, tampak perubahan pada sikap kesehariaannya.
"Dia adalah sosok yang selalu ceria, di kelas, suka bercanda, tapi akhir-akhir ini mulai berubah drastis, suka menyendiri dan diam seperti tidak mau bergaul," ujar Antonius Beniehaq, teman kuliah Sandro, kepada Liputan6.com, Kupang, Selasa, 26 September 2017.
Baca Juga
Advertisement
Melihat perubahan tersebut, Andy, panggilan akrab Antonius, bersama teman-temannya berusaha menanyakan kepada Sandro alasan kemurungannya itu.
"Kami tanya dia, kamu kenapa, terus dia jawab, saya lagi stres dengan kuliah, tetapi dia tidak menjelaskan apa kendalanya," ujar Andy.
Selanjutnya, Andy dan teman-temannya menasihati korban agar tidak depresi hanya karena masalah perkuliahan. Bahkan, mereka berjanji akan membantu Sandro jika ada tugas kuliah.
"Setelah itu dia ceria lagi, tetapi nanti besoknya datang kuliah murung lagi, bahkan sepertinya tidak mau dekat-dekat kami lagi, dan itu sudah berlangsung lebih dari seminggu, kami satu kelas ini heran," kata Andy.
Sehari sebelum peristiwa duka tersebut terjadi, lanjut Andy, putra sulung dari Bapak Anton Banu ini, masih mengikuti kegiatan perkuliahan seperti biasa.
Namun, ada sesuatu yang tidak lazim dilakukan Sandro usai perkuliahan. Hal ini mungkin secara tidak langsung menunjukkan keinginannya berpamitan dengan teman-temannya. Dia menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman sejawatnya.
"Kebetulan hari Senin, dia tidak program sama-sama dengan kami, biasanya kalau selesai kuliah dia langsung pulang, tetapi kemarin dia tunggu sampai kami selesai kuliah dan itu sekitar 3 jam," kenang Andy.
Walau sudah menunggu begitu lama, tetapi Sandro tidak berbincang-bincang dengan sahabat-sahabatnya. Dia langsung pergi setelah melihat semua sahabatnya keluar dari ruang kuliah.
"Tidak sempat omong apa-apa, dia langsung pulang, dan itu pertemuan kami yang terakhir. Hari Selasa, kami dengar kabar Sandro sudah tidak ada, kami semua tidak percaya, tapi setelah kami kontak ke nomor Hp Sandro, adiknya yang jawab dan dia sampaikan kalau Sandro sudah meninggal, barulah kami percaya," ungkap Andy.
Pantauan Liputan6.com, semua teman almarhum Sandro Banu terlihat sangat berduka kehilangan sahabat terbaik mereka secara mendadak dengan gantung diri. Sementara, orangtua Sandro sangat terpukul dengan keputusan anaknya mengakhiri hidup dengan cara yang tragis.
Simak video pilihan berikut ini:
Mahasiswa di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri
Mahasiswa Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, Sandro Alfyan Banu (21) nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di kamar mandi rumahnya di RT 7/RW 2 Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 26 September 2017.
Korban ditemukan adik kandungnya, Marsel Zakarias Banu (19) sekitar pukul 5.30 Wita. Marsel menuturkan, korban dalam beberapa hari terakhir kelihatan murung.
"Kelihatannya ada masalah tetapi tidak tahu masalah apa, karena dia selalu diam," tutur Marsel kepada Liputan6.com, Selasa, 26 September 2017.
Sebelum Sandro ditemukan tewas gantung diri, malamnya, Sandro bersama adiknya, Marsel sempat makan malam bersama bahkan tidur seranjang. Tak disangka, malam itu merupakan tidur terakhir Marsel bersama kakaknya.
Sekitar pukul 5.30 Wita, Marsel terkejut mendengar suara ribut di kamar mandi, dia pun bergegas bangun dari tempat tidur. Saat itu, dia melihat kakaknya sudah tidak berada disampingnya. Dia pun menuju asal suara, betapa terkejutnya Marsel melihat kakaknya sudah tergantung di dalam kamar mandi menggunakan seutas tali.
"Awalnya saya kira korban ke sumur ambil air, ternyata korban gantung diri. Saya panggil om saya, datang untuk potong talinya, namun korban sudah tewas," kata Marsel.
Marsel menyebutkan sebelumnya korban sempat kuliah di Universitas PGRI NTT, tetapi kisruh di tubuh kampus itu membuat Sandro memilih kuliah ulang di FKIP Biologi Unwira Kupang.
Korban, menurut Marsel, tidak memiliki pacar. Namun, dalam beberapa hari terakhir, anak pertama dari tiga bersaudara ini selalu murung dan diam.
Ketua RT 07 Kelurahan Fatukoa, Marli Koanak menuturkan selama tiga hari ini korban selalu berdiam diri tetapi tetap menyapa ketika berpapasan dengan orang lain. Di mata tetangga, korban dikenal pemuda yang ramah dan baik.
"Anak ini pendiam sekali, dia selalu murung tetapi sangat ramah dan bersikap sopan terhadap orang lain," kata Marli.
Babinkantibmas kelurahan Fatukoa, Danial N.B mengatakan keluarga korban menolak jenazah korban diautopsi.
"Keluarga sudah buat laporan polisi untuk menolak melakukan autopsi, jadi selanjutnya dikembalikan ke keluarga untuk mengurus jenazah korban," imbuh Danial.
Advertisement