Liputan6.com, Karangasem - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, memaparkan aktivitas Gunung Agung masih tetap tinggi. Hingga kini, belum terlihat indikasi penurunan aktivitas gunung yang memiliki ketinggian 3.142 mdpl tersebut.
"Aktivitas gunung ini masih tetap tinggi, baik gempa vulkanik, maupun tektonik lokal. Sebagian dari gempa tektonik lokal itu kita terasa tadi ya. Gempa tektonik lokal itu diikuti oleh asap yang muncul dari kawah," kata Kasbani di Pos Pemantauan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Kamis (28/9/2017).
Jika cuaca cerah, asap putih tersebut bisa terlihat jelas, meski tidak terus-menerus. Asap putih itu menandakan aktivitas yang terjadi cukup tinggi di dalam gunung. Kondisi ini tidak pernah ada sebelum status Gunung Agung dinyatakan Awas.
"Hari ini pun tadi pagi kita masih melihat asap. Memang tidak terus-menerus, selang beberapa menit ada lagi dengan ketinggian bervariasi antara 50-100 meter," kata dia.
Kasbani mengakui asap putih itu memang keluar dari kawah yang terletak sekitar 200 meter dari puncak Gunung Agung. Selain asap putih, gempa tektonik lokal meningkat sebagai tanda bahwa gunung sedang aktif.
Baca Juga
Advertisement
"Sampai siang ini, gempa vulkanik itu masih tinggi yaitu 339 kali, gempa vulkanik dalam 208, gempa vulkanik dangkal 111, dan 12 kali gempa tektonik lokal, empat di antaranya dirasakan cukup keras," ucapnya.
Data BNPB terakhir mencatat jumlah pengungsi terus bertambah. Hingga Rabu, 27 September 2017, pengungsi mencapai 96.086 jiwa yang tersebar di 430 titik pengungsian di sembilan kabupaten/kota.
Sebaran pengungsi tersebut di Kabupaten Badung 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli 30 titik (5.076 jiwa), Kabupaten Buleleng 26 titik (16.901 jiwa), Kota Denpasar 27 titik (2.539 jiwa), Kabupaten Gianyar 13 titik (1.011 jiwa), Kabupaten Jembrana 29 titik (514 jiwa), Kabupaten Karangasem 100 titik (39.859 jiwa), Kabupaten Klungkung 162 titik (19.456 jiwa) dan Kabupaten Tabanan 27 titik (4.851 jiwa).
Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena pendataan belum selesai dilakukan. Meningkatnya jumlah pengungsi itu juga disebabkan masyarakat yang berada di luar zona berbahaya pun ikut mengungsi karena mereka tidak tahu posisi sebenarnya dari batas radius yang dilarang. Selain itu, alasan lainnya, yakni faktor psikologis akibat bahaya dari meletusnya Gunung Agung.
Secara umum kebutuhan dasar pengungsi mencukupi. Partisipasi masyarakat Bali sangat besar membantu pengungsi. Gotong royong, solidaritas, dan kekompakan masyarakat menyebabkan penanganan pengungsi terlaksana baik.
"Sampai kapan masyarakat mengungsi tidak dapat diperkirakan, tergantung dari Gunung Agung. Selama status awas, maka masyarakat tidak diizinkan melakukan aktivitas di radius berbahaya," kata Sutopo.
Untuk memberikan peringatan dini, BNPB telah memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment Public Notification System (iRADITIF) di sekitar Gunung Agung, yaitu di Polsek Kubu, Pos Polisi Tianyar, Polsek Selat, dan Polsek Rendang.
Sirine ini dipasang untuk memperingatkan masyarakat agar segera mengungsi atau menghindar dari bahaya letusan Gunung Agung. Sirine itu mampu didengar warga hingga jarak 2 kilometer.
"Sirine dibunyikan secara manual oleh petugas jaga yang terhubung Pos Komando Utama di Karangasem," ujar dia.
Selain itu, petugas juga memasang rambu-rambu evakuasi yang menginformasikan posisi di lapangan dari radius berbahaya. Peta radius berbahaya letusan Gunung Agung ditetapkan di peta.
Saksikan video pilihan berikut ini: