Liputan6.com, Jakarta - Menjaga kondisi tubuh dengan cairan yang cukup merupakan langkah awal untuk menjaga konsentrasi selama berkendara. Sebuah penelitian yang didanai oleh European Hydration Institute dan dijalankan oleh Loughborough University, UK, menemukan beberapa fakta menarik.
Baca Juga
Advertisement
Studi tersebut membuktikan yang hanya mengkonsumsi air mineral seteguk (25 ml) per jam dapat membuat kesalahan dua kali lipat dibanding pengemudi yang minum dengan cukup. Banyaknya kesalahan yang diperbuat setara dengan orang yang memiliki kandungan alkohol di dalam darah sebesar 0,08 persen. Kesalahan yang diperbuat melingkupi pengereman telat, keluar dari jalur, bahkan berpindah jalur tanpa disadari.
Yang lebih berbahaya, dua per tiga tidak menyadari gejala dehidrasi, seperti lelah, pusing, mulut kering, dan waktu reaksi berkurang. Sebuah studi yang dilakukan oleh dua universitas di tahun 2013 menemukan fakta yang serupa, pengemudi yang minum air mineral sebelum mengemudi akan memiliki waktu reaksi yang lebih cepat 14 persen dibanding pengemudi yang tidak minum.
Berdasarkan penelitian ini, Nissan menciptakan solusi inovatif dengan menyematkan teknologi pendeteksi keringat di dalam Juke. Teknologi ini disematkan pada lingkar kemudi dan jok di bagian depan. Cara kerjanya sederhana, lapisan khusus tersebut akan berubah warna menjadi kuning jika mendeteksi kekurangan cairan. Jika berkecukupan, maka lapisan khusus tersebut akan berwarna biru.
Dr. Harj Chaggar, medical consultant NISMO, mengatakan," Jika atlit sadar dirinya selalu butuh cairan, banyak orang di luar dunia sport tidak menyadari butuhnya tetap terisi cairan untuk performa. Teknologi pendeteksi seperti di dalam mobil ini menjadi cara inovatif untuk menyadari penggunanya, dengan langsung memberikan informasi kepada pengemudi."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Korban Kecelakaan Jangan Diberi Minum, Ini Alasannya
Setiap orang pasti punya rasa sosial yang tinggi. Bila melihat kecelakaan dan melihat adanya korban, maka akan tergerak untuk melakukan pertolongan. Namun, banyak yang belum mengetahui bagaimana mengevakuasi korban kecelakaan. Namun, tak sedikit pertolongan yang justru keliru. Misalnya ketika meminta korban untuk meminum air. Meskipun tujuannya sekadar menenangkan.
Menurut CEO Safetycode, Adhi Nugroho, bagi korban kecelakaan yang mengalami cedera berat tidak disarankan mengonsumsi air. Sebab, kemungkinan korban memiliki cedera pada rongga badan. "Ketika menolong, kita sebaiknya memastikan dulu korbannya luka berat atau tidak. Kalau hanya ringan dan tak ada tanda-tanda luka berat tidak masalah.
Tapi kalau lebih dari itu harus ada penanganan dari tugas medis," jelasnya. Apabila korban punya cedera serius, lanjutnya, perlu penanganan lanjutan seperti operasi. "Yang namanya prosedur operasi kan pasien harus dalam kondisi puasa. Jika di beri minum, cairan di dalam lambung dikhawatirkan akan mengganggu proses operasi"," paparnya.
Advertisement