Industri Kerajinan RI Perlu Dukungan Peralatan Canggih

Produk mebel dan kerajinan Indonesia bukan hanya disukai di dalam negeri, tetapi oleh negara-negara lain di dunia

oleh Septian Deny diperbarui 29 Sep 2017, 10:00 WIB
(Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Produk mebel dan kerajinan Indonesia bukan hanya disukai di dalam negeri, tetapi oleh negara-negara lain di dunia. Namun sayangnya industri padat karya ini masih dihadapkan oleh sejumlah kendala seperti ketersediaan bahan baku dan dukungan peralatan yang canggih.

Waki Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur mengatakan, hasil karya dari tangan-tangan terampil lokal dalam membuat produk mebel dan kerajinan sangat disukai oleh para konsumen dari seluruh dunia. Sebut saja, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Australia, Belgia, Korea Selatan, Italia, Taiwan, Uni Emirat Arab dan lain-lain.

"Mereka menyukai produk mebel dan kerajinan Indonesia karena memiliki ciri khas yang sangat menonjol, yaitu terdapat perpaduan antara bahan ramah lingkungan, keanekaragaman budaya, ketrampilan yang mumpuni, serta inovasi desain yang relatif maju. Sehingga tercipta produk Indonesia yang unik, inovatif, berkualitas dan standar internasional," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (29/9/2017).

Bahkan produk mebel berbahan rotan Indonesia, lanjut dia, pernah menjadi produk mewah dan icon di kawasan Eropa. Kala itu masyarakat kelas menengah atas di Eropa cenderung mengisi rumahnya dengan furnitur dan mebel berbahan natural rotan.

Selain itu, kata Sobur, industri ini hampir sempurna karena didukung dengan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dalam jumlah besar, adanya sentra-sentra produksi mebel dan kerajinan yang tersebar di seluruh Indonesia dan makin kondusifnya iklim investasi di Indonesia.

"Dengan demikian, adanya target untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor produk mebel dan kerajinan mencapai US$ 5 miliar dalam empat tahun ke depan seharusnya bisa dicapai," lanjut dia.

‎Namun, fakta di lapangan masih menunjukkan jika industri mebel dan kerajinan Indonesia belum tangguh. Hal ini bisa dilihat dari data BPS, di mana ekspor mebel Indonesia pada 2016 hanya mencapai US$ 1,6 miliar dari tahun sebelumnya US$ 1,9 miliar. Sementara ekspor mebel Indonesia dari Januari sampai dengan Juni 2017 US$ 872 juta.

"HIMKI berharap, ‎dalam enam bulan ke depan pertumbuhan industri ini bisa seperti yang diharapkan. Apalagi, dari total ekspor mebel dunia 2016 mencapai US$ 145 miliar dari tahun sebelumnya sebesar US$ 141 miliar, terjadi pertumbuhan ekspor yang signifikan," kata dia.

Belum tangguhnya industri mebel dan kerajinan Indonesia, ungkap Sobur, tidak lepas dari salah satu kendala yang dihadapi industri ini yakni dukungan alat-alat produksi yang belum merata dan canggih. Padahal, hal tersebut diperlukan untuk menopang proses produksi yang lebih cepat dan efisien, sehingga dapat bersaing dengan produsen mancanegara.

Untuk mendukung hal tersebut, HIMKI mendukung penyelenggaraan pameran mesin untuk industri mebel dan kerajinan Ifmac & Woodmac 2017 dan pameran Kitchen + Bathroom Indonesia 2017 yang diselenggarakan ‎pada 27-30 September 2016 di JIExpo Kemayoran Jakarta.

Pameran Ifmac & Woodmac 2017 merupakan pameran woodworking terlengkap yang menyajikan dan memenuhi kebutuhan informasi dan kemajuan teknologi dalam industri komponen furniture dan kerajinan di Indonesia yang dapat mendorong tumbuhnya inovasi dan kreativitas para produsen mebel dan kerajinan nasional. Dengan demikian di harapkan dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki nilai tambah optimal.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya