Liputan6.com, Beijing - Indonesia baru saja kedatangan dua ekor panda dari China. Dinamakan Cai Tao dan Hu Chun, panda jantan dan betina ini akan ditempatkan di Taman Safari Indonesia di Cisarua, Bogor.
Meski disambut meriah oleh warga Indonesia, kedatangan panda ini ternyata tidak gratis. Sepasang panda ini dipinjamkan oleh pemerintah China selama sepuluh tahun. Dilansir dari Aljazeera.com, Jumat (29/9/2017) biaya yang harus dikeluarkan setahun mencapai US$ 1 juta atau Rp 13 miliar.
Biaya konservasi sebesar US$ 400 ribu atau Rp 5,4 miliar juga harus dibayarkan kepada China apabila panda berhasil berkembang biak. Biaya tersebut dibayarkan dalam bentuk pinjaman setelah satu tahun sang panda betina melahirkan.
Baca Juga
Advertisement
Anak panda yang baru dilahirkan juga bukan milik negara tempat panda tersebut dipinjamkan. Saat sang anak panda berusia 2 tahun, mereka harus dikembalikan ke China.
Ini bukanlah kali pertama pemerintah China meminjamkan hewan menggemaskan tersebut. Hingga kini, terdapat 460 giant panda yang bermukim di beberapa negara di dunia.
Beberapa kebun binatang dunia yang menjadi tempat bermukim panda dari China antara lain Toronto Zoo di Kanada, Zoo Negara di Malaysia, San Diego Zoo di Amerika Serikat, Edinburgh Zoo di Inggris dan Adelaide Zoo di Australia.
Biaya yang dikeluarkan untuk merawat panda tersebut pun sangat mahal. Toronto Zoo di Kanada misalnya, harus membayar US$ 2,5 juta atau Rp 33,7 miliar per tahun. Sementara Zoo Negara di Malaysia membayar US$ 2,25 juta atau Rp 30,4 miliar per tahun.
San Diego Zoo di Amerika Serikat yang telah menjadi rumah bagi panda dari China sejak 1996 menghabiskan biaya US$ 45,8 juta atau Rp 618,9 miliar untuk biaya perawatannya.
Adelaide Zoo di Australia dikabarkan meminjam US$ 5,18 juta untuk menjadi rumah dari dua ekor Giant Panda selama 10 tahun.
Meski menghabiskan biaya tidak sedikit, datangnya Panda ini merupakan bagian dari teknik diplomasi China. Asia Nikkei menulis, Cai Tao dan Hu Chun dianggap sebagai simbol perdamaian antara China dan Indonesia. Pasalnya, beberapa waktu lalu kedua negara sempat bersitegang terkait kasus penamaan Laut China Selatan yang diubah pada peta Republik Indonesia.
Perselisihan tersebut tampaknya mempengaruhi hubungan ekonomi kedua negara. Untuk itu, kedua belah pihak ingin membangun hubungan baik itu kembali dengan melakukan Panda Diplomacy atau Diplomasi Panda yang merupakan cara pemerintah China membentuk keyakinannya pada dunia internasional.
Sama halnya dengan Asia Nikkei, media asal Negeri Paman Sam The Washington Post turut membahas soal Diplomacy Panda yang ditujukkan pada Indonesia.
Media tersebut menulis, efek dari kehadiran Cai Tao dan Hu Chun dianggap sebagai kekuatan soft power dari pemerintah China untuk membangun kerja sama dengan negara di kawasan Asia Tenggara, salah satunya Indonesia.
Sejarah Panjang Diplomasi Panda
Sebetulnya, Indonesia bukan satu-satunya negara pertama yang menjadi tujuan diplomasi panda. Kedatangan Cai Tao dan Hu Chun pada 28 September 2017, menjadikan Indonesia sebagai negara ke-16 di seluruh dunia yang dipinjamkan hewan menggemaskan tersebut.
Meski begitu, sejarah mencatat bahwa diplomasi panda China sudah terjadi sejak Dinasti Tang Abad ke-7. Hal itu bermula ketika Permaisuri Wu Zeitan mengirim sepasang beruang -- yang diyakini sebagai panda -- ke Jepang. Demikian dilansir dari laman History.com.
Kemudian, kebijakan China untuk mengirim panda sebagai hadiah diplomasi dihidupkan kembali pada tahun 1941 -- pada saat Amerika Serikat terlibat dalam Perang Dunia ke II.
Panda tersebut diberikan oleh Mantan Presiden China Chiang Kai-shek, kepada kebun binatang Bronx di AS. Panda tersebut diberikan tepat setelah serangan Jepang ke Pearl Harbor. Demikian dilansir dari laman Cia.gov.
Selain Presiden Chiang Kai-shek, diplomasi ini dilanjutkan oleh mantan ketua Partai Komunis China Mao Zedong. Pada tahun 1950, ia mengirim panda sebagai hadiah kepada sekutu komunis China seperti Korea Utara dan Uni Soviet.
Sejarah lain mencatat, pada tahun 1972, Presiden Amerika Serikat ke-37 Richard Nixon pernah melakukan kunjungan ke Asia selama dua bulan. Pada kunjungannya ke China, maksud kedatangan Nixon adalah untuk mengakhiri ketegangan antara AS dan China yang terjadi selama 25 tahun terakhir.
Saat pulang kembali ke Negeri Paman Sam, Richard dan istrinya Pat Nixon memboyong sepasang panda berusia 18 bulan bernama Hsing-Hsing dan Ling-Ling.
Hadiah perdana ke Presiden Richard Nixon tersebut dirawat di Kebun Binatang Nasional Washington D.C. Tak lama setelah kehadirannya, pesona Hsing-Hsing dan Ling-Ling menarik keuntungan besar bagi pihak kebun binatang.
Pasalnya, ada 20 ribu pengunjung yang penasaran di hari pertama kedatangan panda tersebut. Hari berikutnya lebih mengejutkan. Ada 75 ribu orang membanjiri kebun binatang tersebut.
Pada tahun 1992, kebun binatang tersebut dirundung duka setelah kematian Ling-Ling pada usianya yang ke 23 tahun. Tujuh tahun berselang, tibalah giliran Hsing-Hsing yang meninggal karena mengalami gagal ginjal.
Diplomasi ini berlanjut ke Benua Biru. Pada tahun 1974, Perdana Menteri Inggris Edward Heath mengajukan permohonan peminjaman panda pada kunjungannya ke China. PM Edward bermaksud meminjam Chia-Chia dan Ching-Ching untuk dikembangbiakkan di Kebun Binatang London.
Advertisement