Cek jika Asap Putih Jadi Kehitaman, Gunung Agung Siap Meletus

Gunung Agung terus mengalami peningkatan gempa vulkanik dangkal hingga 300 kali dalam satu hari.

oleh Dewi DiviantaLiputan6.com diperbarui 29 Sep 2017, 18:29 WIB
Warga memantau aktifitas Gunung Agung di Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (29/9). Petugas gabungan akan menyisir kawasan rawan bencana untuk mengevakuasi warga yang belum mengungsi. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Karangasem - Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM, Gede Santika, menjelaskan bahwa Gunung Agung terus mengalami peningkatan gempa vulkanik dangkal hingga 300 kali dalam satu hari.

Artinya, gunung api setinggi 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Kabupaten Karangasem, Bali, itu sudah dalam kondisi kritis. Bahkan, Gunung Agung siap meletus kapan saja.

Menurut Santika, kawah Gunung Agung mulai bertambah tingkat ketebalannya. Meski terus bertambah kepulan asapnya, warna asap masih dalam warna putih.

"Uap airnya makin banyak yang terpanaskan. Nanti akan berubah dari putih ke abu-abu dan berubah ke hitam. Itu tanda makin dekat dengan erupsi, artinya mau meletus," ucap Gede Santika saat ditemui Liputan6.com di Pos Pantau, Rendang, Karangasem, Jumat (29/9/2017).

Santika mengungkapkan pula, kenaikan suhu pada Gunung Agung terus meningkat. Selain itu, patahan-patahannya terus bertambah.

Namun, hal itu belum ada lanjutan akhir hingga ke permukaan. "Inflasi jalan terus, deformasi naik terus, tekanan masih berlanjut, tapi belum rilis ke permukaan," Gede Santika memungkasi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 


Rekahan Baru di Tengah Kawah

Alat seismograf yang memantau aktivitas Gunung Agung terlihat di Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, (29/9). Petugas gabungan akan menyisir kawasan rawan bencana untuk mengevakuasi warga yang belum mengungsi. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Hingga Jumat ini, PVMBG mencatat gempa vulkanik di Gunung Agung masih menunjukkan jumlah yang tinggi. Gempa-gempa ini mengindikasikan adanya peretakan batuan di dalam tubuh gunung api yang disebabkan oleh pergerakan magma.

Kepala PVMBG Kasbani mengungkapkan, perhitungan magnitudo gempa menunjukkan besaran yang terus meningkat. Magnitudo gempa terbesar selama masa krisis ini adalah gempa dengan magnitudo M 4.3 pada 27 September 2017 pukul 13.12 Wita.

Belakangan ini, menurut dia, gempa semakin sering dirasakan penduduk sekitar Gunung Agung dan Batur. Beberapa gempa terbesar bahkan dapat dirasakan di daerah Denpasar dan Kuta.

"Gempa vulkanik diperkirakan berada di bawah kawah hingga kedalaman 20 kilometer dari puncak gunung berapi," ucap Kasbani, dalam keterangan tertulis, Jumat (29/9/2017), dilansir Antara.

Sementara itu, berdasarkan penginderaan jauh satelit, terdeteksi adanya emisi asap putih (uap) dan area panas yang baru di kawah puncak Gunung Agung. Luas area panas ini teramati telah membesar selama sepekan terakhir, termasuk satu rekahan baru di tengah kawah di mana emisi asap putih (uap) juga terus berlangsung.

Emisi asap putih (uap) dari kawah umumnya teramati dengan ketinggian rata-rata 50-200 meter di atas puncak. Saat ini emisi asap (uap) teramati relatif terus-menerus.

Setelah gempa dengan 4,2 Magnitudo (ukuran kekuatan gempa bumi pengganti Skala Richter) pada 26 September 2017 pukul 16.27 Wita, asap putih (uap) keluar dengan intensitas lebih besar dan teramati sampai ketinggian sekitar 500 meter di atas puncak.

"Analisis data tiltmeter mengindikasikan adanya inflasi (penggembungan) pada tubuh Gunung Agung," Kasbani menjelaskan.


Potensi Letusan Cenderung Lebih Tinggi

Pemandangan malam Gunung Agung di bawah langit penuh bintang terlihat dari Kubu di Karangasem, Bali, (28/9). Gunung Agung sejak sepekan lalu masih bertahan dengan status awas atau Level IV. (AFP Photo/Bay Ismoyo)

Melihat kondisi data pemantauan pada saat ini, ujar Kasbani, probabilitas untuk terjadi letusan Gunung Agung masih lebih tinggi daripada probabilitas untuk tidak terjadi letusan. Namun demikian, probabilitas letusan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada data pemantauan terkini.

"Tanggal dan waktu pasti letusan tidak dapat diprediksi. PVMBG akan mengeluarkan peringatan saat kondisi berubah dan jika teramati kecenderungan yang lebih tinggi untuk terjadi letusan," kata dia, dilansir Antara.

Berdasarkan hal itu, hingga saat ini, turis masih aman untuk berwisata di Bali. Namun, pengunjung tidak boleh memasuki area terlarang di dekat Gunung Agung.

Adapun zona merah atau bahaya saat ini dalam radius sembilan kilometer dan perluasan sejauh 12 km dari puncak ke arah tenggara, selatan dan barat daya dan ke arah utara hingga timur laut).

PVMBG terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memperkuat sistem peringatan dini letusan. Selain itu, pengunjung ke Bali dan warga setempat harus tetap mematuhi rekomendasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

"Informasi terkini aktivitas Gunung Agung dapat diperoleh melalui aplikasi web maupun telepon pintar yang dikeluarkan PVMBG, yaitu Magma Indonesia (magma.vsi.esdm.go.id) dan melalui Google Playstore," Kasbani memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya