Liputan6.com, Cilacap - Semburat kemerahan subuh baru saja tampak, ketika Warga Dusun Cilongkrang dikagetkan suara aneh bergemeretak dari tebing di dekat perumahan. Suara itu hanya sesaat, tetapi terdengar benar-benar ganjil. Suara itu seolah terkirim dari dalam tanah sehingga menggetarkan rumah-rumah penduduk.
Sekonyong-konyong, seorang warga, Suwito keluar rumah begitu mendengar suara gemeretak itu. Sebab, rumahnya turut bergetar hebat. Samar-samar, dilihatnya rekahan tanah memanjang di samping rumahnya. Retakan itu hanya berjarak kurang dari 5 meter dari dinding rumah. Rekahan tanah itu sekaligus menyebabkan beberapa bagian tembok rumah Suwito retak.
Begitu terang, terlihat retakan sepanjang 80 meter dengan kedalaman 4 meter di tebing yang beririsan dengan Dusun Cilongkrang RT 02/2 Desa Cilongkrang Kecamatan Wanareja. Kemunculan retakan ini menyebabkan 22 keluarga terancam material longsor jika gerakan tanah berlanjut.
Kepala Unit Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap wilayah Majenang, Edi Sapto Priyono mengatakan, retakan tanah itu dipicu hujan deras yang terjadi tiga hari berturut-turut, antara tanggal 25 hingga 28 September 2017.
Dia menjelaskan, tanah di daerah retakan memang labil. Retakan juga dipicu sudut kemiringan yang cukup tajam, yaitu 45 derajat. Selain itu, tak terdapat pepohonan yang mampu menahan rekahan tanah.
"Memang terjadi hujan lebat. Ini kan musim peralihan. Tanah yang kering disiram air langsung rekah," kata Edi, Sabtu pagi, 30 September 2017.
Baca Juga
Advertisement
Menurut dia, retakan itu langsung berimbas pada retaknya rumah keluarga Suwito, yang berada sekitar 5 meter dari titik retakan. Sementara, di bawah retakan, di jarak sekitar 25 meter, terdapat 21 keluarga yang terdiri dari 72 jiwa. Luas area retakan mencakup 2.800 meter persegi.
"Selain itu, pepohonan yang mampu menahan longsor juga tidak ada. Sebab, tanah itu merupakan permukiman," ujarnya.
Untuk mengantisipasi gerakan tanah susulan, BPBD bersama warga memasang patok bambu di area retakan. Hal itu untuk menghambat laju gerakan tanah, jika sewaktu-waktu turun hujan lebat. Ia juga menganjurkan agar warga secepatnya bergotong-royong menutup retakan tanah.
"Rekahan itu harus secepatnya ditutup agar tidak dimasuki air. Berbahaya, kalau sampai airnya masuk bisa memicu longsor besar," dia menerangkan.
Edi juga mengimbau agar warga cepat-cepat mengungsi jika terjadi hujan lebat di daerah ini. Dikhawatirkan, tanah itu akan longsor dan menyebabkan korban jiwa. Sebab, perumahan warga hanya berjarak sekira 25 meter dari area retakan.
"Kami sudah melakukan cek tempat kejadian bencana bersama Forkopimcam Wanareja. Memberikan informasi dan imbauan kepada masyarakat, apabila sewaktu-waktu terjadi hujan deras untuk meninggalkan rumah, menghindari tanah tersebut longsor dan mengurangi resiko korban," kata Edi, menegaskan.
Saksikan video pilihan berikut ini!