Donald Trump: Upaya Negosiasi dengan Korut Buang-Buang Waktu

Melalui Twitter, Trump menyampaikan kepada Menlu AS Rex Tillerson bahwa tak ada gunanya berusaha bernegosiasi dengan Korut.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 02 Okt 2017, 17:31 WIB
Presiden ke-45 Amerika Serikat Donald Trump (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan pernyataan kontroversial di ruang publik. Melalui Twitter, Trump mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Rex Tillerson bahwa upaya untuk bernegosiasi dengan Korea Utara terkait dengan program nuklir dan rudal negara itu buang-buang waktu.

"Saya sampaikan ke Rex Tillerson, Menlu kita yang luar biasa, bahwa upayanya untuk bernegosiasi dengan Little Rocket Man buang-buang waktu," kicau Trump pada Minggu 1 Oktober kemarin.

Ia menambahkan, "Simpan tenaga Anda Rex, kita akan melakukan apa yang harus kita lakukan." Trump sendiri tidak menjelaskan maksud dari pernyataannya tersebut.

Little Rocket Man merupakan julukan yang diberikan Trump kepada pemimpin Korut, Kim Jong-un.

Seperti dikutip dari BBC pada Senin (2/10/2017), twit Trump tersebut muncul setelah Tillerson mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan komunikasi langsung dengan Pyongyang. Selain itu, Menlu AS tersebut juga mengungkapkan bahwa Korut kurang tertarik melakukan dialog.

AS dan Korut terlibat dalam perang retorika panas selama beberapa bulan terakhir.

Seorang pejabat senior AS yang dimintai klarifikasinya terkait dengan pernyataan Trump tersebut mengatakan, "Saat Korut terus melakukan provokasi, presiden berpikir sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bernegosiasi dengan mereka."

Pejabat yang sama juga mengatakan bahwa saluran diplomatik digunakan untuk membahas warga AS yang ditahan oleh Pyongyang.


Bertentangan dengan Bawahan

Ini bukan kali pertama Trump terang-terangan menunjukkan sikap bertentangan dengan pejabat tinggi di pemerintahannya.

Pada Agustus lalu, ia mengatakan bahwa militer AS dalam posisi siaga untuk menghadapi Korut. Pernyataannya tersebut dilontarkan beberapa jam setelah Menteri Pertahanan AS, James Mattis berupaya menenangkan ketegangan dengan mengatakan bahwa upaya diplomasi berhasil dilakukan.

Pada Juli lalu, Tillerson sempat dikabarkan mempertimbangkan opsi mengundurkan diri. Ia disebut-sebut frustrasi dengan pemerintahan Trump.

Meski dipilih oleh Trump, Tillerson dan atasannya itu terlibat bentrok dalam sejumlah isu utama. Misalnya, Trump ngotot membawa AS keluar dari Kesepakatan Iklim Paris 2015, sementara Tillerson mendukung perjanjian tersebut. Hal itu diungkapkan Tillerson di hadapan Senat.

Dalam isu NATO, keduanya juga punya sikap berbeda. Tillerson menegaskan kepada anggota NATO bahwa AS akan tetap melaksanakan komitmen pada Pasal lima, yakni janji untuk saling melindungi.

Namun, sebuah sumber mengatakan kepada Politico, Tillerson kaget bukan main ketika komitmen yang ditegaskannya sama sekali tidak disinggung oleh Trump ketika Presiden AS itu berkunjung ke markas NATO.

Perbedaan pandangan keduanya semakin mencolok saat merespons Krisis Teluk, ketegangan kawasan yang dipicu langkah Arab Saudi Cs memutus hubungan diplomatik dengan Qatar.

Tillerson mendesak kerja sama antarnegara untuk menyelesaikan konflik, sementara Trump memuji langkah Saudi Cs serta ikut menuding Qatar mendanai terorisme.

Namun, rumor ini segera dibantah mantan CEO ExxonMobil tersebut. "Saya tidak ke mana-mana," tegas Tillerson.

Lalu ketika ditanya berapa lama dia berencana bertahan di posisinya, Tillerson menjawab, "Selama presiden mengizinkan saya".

Tillerson pernah mengomentari kicauan kontroversial Trump di Twitter. "Presiden memiliki cara unik untuk berkomunikasi dengan rakyat Amerika dan dunia, itu membuatnya cukup baik," tutur dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya