Ini Rahasia Sukses Bisnis dan Wirausaha Menurut Jack Ma

Menurut Jack Ma, sekarang ini kita salah mengajarkan anak-anak kita, seakan-akan mesin lebih pintar dari manusia.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 03 Okt 2017, 13:03 WIB
Jack Ma ketika berbicara dalam perhelatan Gateway '17 di Detroit pada Juni lalu. (Sumber xinhuanet.com)

Liputan6.com, New York - Para pemimpin yang baik biasanya mengembangkan beberapa jenis kecerdasan yang berbeda. Awalnya, kita dikenalkan dengan IQ (intelligence quotience).

Kemudian kita mengenal EQ (emotional quotient). Sesuai namanya, EQ berkait dengan kecerdasan emosional seseorang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, konsep EQ menjadi tenar di kalangan manajemen.

Lalu, seperti dikutip dari qz.com pada Selasa (3/10/2017), ada satu lagi jenis kecerdasan yang oleh Jack Ma disebutnya sebagai LQ, singkatan dari love quotient.

Ma, pendiri dan pimpinan eksekutif raksasa internet Alibaba di China, mengutarakan konsep tersebut di hadapan hadirin Bloomberg Global Business Forum pada 20 September lalu di New York.

 

Simak cuplikan pendek paparan Jack Ma berikut:

Di depan CEO dan para pemimpin pemerintahan, ia menyebutkan, "Kalau orang ingin terhormat, ia memerlukan LQ."

Menurut Ma, manusia akan menemukan masalah-masalah penting yang dihadapi manusia sekarang ini – termasuk kemiskinan, perubahan iklim, dan penyakit – kalau manusia memiliki rasa percaya diri dalam imajinasi dan kemampuan menjadi lebih cerdas dari pada mesin.

Mengandalkan Kaum Muda

Tapi, Ma berpendapat bahwa jawaban-jawaban yang diharapkan bukan berasal dari mereka yang berusia di atas 50 tahun karena orang-orang pada usia itu terlalu khawatir.

Ia mendesak hadirin agar mengamati kaum muda karena mereka tidak sedemikian khawatir tentang hari depan.

Kaum muda lebih khawatir ketika menyaksikan para pemimpin dunia karena tidak melakukan perubahan sekarang ini dan tidak menggunakan teknologi secara selayaknya.

Sebagai mantan guru, Ma memperingatkan agar pemerintah-pemerintah "memperhatikan pendidikan" karena sekarang ini kita salah mengajarkan anak-anak kita, seakan-akan mesin lebih pintar dari manusia.

Menurut Ma, cara pikir (mindset) seperti itu akan menyebabkan kaum muda kehilangan pekerjaan di masa depan karena pekerjaan-pekerjaan mereka didominasi oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) dan komputer.

Daripada mengarahkan manusia agar lebih mirip dengan mesin, kita seyogyanya menciptakan agar mesin-mesin menjadi lebih mirip manusia, ujarnya.

Katanya, "Mesin tidak mempunyai hati, mesin tidak mempunyai jiwa, dan mesin tidak mempunyai hal yang dipercayai. Manusia memiliki jiwa, memiliki hal yang dipercayai, memiliki nilai."

"Kita (adalah makhluk) kreatif, kita tunjukkan bahwa kita mampu mengendalikan mesin-mesin."


Kekuatan Kaum Wanita

Tidak kalah dengan lelaki, wanita kini juga banyak yang memilih untuk berperan aktif untuk membantu menopang keluarga dengan bekerja.

Hal senada diucapkannya dalam perhelatan Gateway '17 di Detroit, Michigan, pada Juni lalu. Untuk menjadi sukses, menurutnya, orang perlu memiliki IQ, EQ, dan LQ.

Dengan EQ, kita tahu caranya berhadapan dengan orang-orang lain. Jika tidak ingin gagal, kita perlu memiliki IQ yang mungkin saja tidak ada dalam diri kita, tapi dimiliki oleh tim.

"Saya bukan orang dengan IQ yang tinggi, tapi tim saya memiliki IQ yang sangat tinggi," demikian pengakuannya.

Tapi, "Ketika kita dikelilingi oleh orang-orang dengan IQ tinggi, kita perlu orang seperti saya yang memiliki EQ."

Sementara itu, LQ (love quotient) adalah tentang kepedulian terhadap orang-orang lain.

Pada abad lalu, teknologi infomasi (IT) memberdayakan diri kita sendiri. Pada abad ini, teknologi data (DT) adalah tentang memberdayakan orang-orang lain.

Untuk 30 tahun ke depan, selain memperhatikan kaum muda, kita harus memperhatikan kaum wanita karena wanita lebih peduli kepada orang-orang lain dibandingkan kaum pria.

Menurut Ma, "Salah satu rahasia keberhasilan Alibaba adalah karena kami memiliki lebih dari 48 persen karyawan wanita dalam perusahaan. Lebih dari 33 persen manajemen senior adalah kaum wanita."

Ia melanjutkan, "Kaum wanita akan menjadi sangat digdaya pada Abad ke-21 karena pada abad lalu orang saling membandingkan otot sedangkan abad ini kita membandingkan kebijaksanaan dan keramahan."

Dalam dunia internet, orang tidak peduli apakah kita pria atau wanita. Yang diperhatikan adalah apakah kita sudah melayani orang lain secara lebih baik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya