Liputan6.com, Bandung Pemerintah menginginkan penjualan mobil listrik bisa mencapai 20 persen dari total penjualan mobil di Indonesia pada 2025. Meskipun terdengar sebagai langkah yang cukup menjanjikan untuk mengatasi polusi, pada kenyataannya penggunaan mobil listrik bisa mendatangkan masalah polusi baru, yaitu limbah baterai.
Baca Juga
Advertisement
Menanggapi hal tersebut, Executive General Manager PT TAM, Fransiscus Soerjopranoto, mengatakan, "Ya, memang sampai saat ini kendala mobil hybrid masih berada di baterai." Menurutnya, setidaknya ada beberapa faktor yang masih menjadi kendala mengenai baterai hybrid yang digunakan saat ini.
Yang pertama adalah daya tahan baterai mobil listrik/hybrid yang masih kurang optimal, pada mobil listrik saja daya pakainya berkisar 6-8 jam, dan pada mobil hybrid kurang dari waktu tersebut. "Sekarang teknologi baterai masih lithium ion, dan baterai tersebut isinya cairan. Toyota sedang mengembangkan mobil baterai berjenis solid state, sehingga isinya padat. Ini demi menghindari kebocoran, dan daya tahan lebih kuat," ungkap Soerjo di Bandung, Jumat (29/9).
Yang kedua adalah persoalan limbah jika baterai sudah mencapai masa pakainya. "Masa pakai baterai kurang lebih sekitar 7-8 tahun. Sampai saat ini di kami belum ada yang ganti karena masa pakai habis. Tapi kami pernah menangani klaim baterai, dan proses klaimnya ke Jepang. Jadi, baterai dikirim ke Jepang, dan setahu saya baru mereka yang mempunyai fasilitas (pengolahan baterai) tersebut," ungkap Soerjo.
Untuk diketahui, mobil hybrid yang dijual oleh Toyota dilengkapi dengan garansi selama tiga tahun. Garansi tersebut tidaklah hanya meng-cover baterai, tetapi meliputi part lainnya seperti drivetrain maupun transmisi.
Menyoal rencana pembangunan pengolahan baterai di Indonesia, Soerjo menanggapi," Pada saat pemerintah sudah mencanangkan kebijakan untuk mobil listrik, pasti Toyota akan mempersiapkan fasilitas tersebut. Kita sudah punya knowledge-nya."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gaikindo Optimistis Target Mobil Listrik di 2025 Tercapai
Pemerintah berencana menargetkan 20 persen penjualan mobil di Indonesia adalah mobil listrik pada tahun 2025. Menanggapi hal ini Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merasa yakin itu bisa terwujud.
"Kami cukup optimistis. Tinggal lihat jenisnya yang mana, harganya berapa karena dalam diskusi kita katakan salah satu penentu bahwa mobil (listrik) itu berhasil adalah pasarnya cukup, jumlah pembelinya cukup," terang Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara saat dijumpai di Surabaya, baru-baru ini.
Menurut Kukuh, penjualan mobil listrik akan bergairah jika masih dalam jangkauan daya beli pembeli. Sebaliknya, jika mobil ini mahal, maka bisa menghambat laju pertumbuhannya.
"Nah ini yang jadi PR (pekerjaan rumah) semuanya, pemerintah dan pelaku industri. Berapa sih pantesnya mobil ini dijual tanpa harus rugi. Karena inikan perubahan paradigma, belum tentu misalnya harga murah orang lebih suka naik mobil yang enggak ada suaranya kayak main bomb-bomb car, itu bisa jadi faktor lain lagi," ujarnya.
Advertisement