Liputan6.com, Jakarta - Tersisa tiga bulan lagi bagi pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mengendalikan laju inflasi tahun ini sehingga mencapai target di kisaran 4 plus minus 1 persen. Di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017, pemerintah mematok target inflasi 4,3 persen.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan pergerakan inflasi sampai dengan akhir tahun akan berada pada kisaran 4 persen sampai 4,25 persen, atau lebih rendah dari target pemerintah.
"Proyeksi inflasi sampai akhir tahun ini ada di range 4 persen-4,25 persen. Tapi ini semua bergantung pada dua faktor," kata Bhima saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Baca Juga
Advertisement
Dua faktor atau syarat supaya laju inflasi terkendali, Bhima mengakui, pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), listrik, serta elpiji 3 kilogram (kg) bersubsidi hingga akhir tahun meski harga minyak mentah sudah menembus di atas US$ 50 per barel. Itu yang pertama.
"Kedua, kurs rupiah harus bisa dijaga karena 70 persen bahan baku industri, rata-rata impor. Kalau rupiah terdepresiasi, harga jual barang industri bisa naik, jadi lebih mahal, dan jadi cost push inflation," dia menjelaskan.
Sementara untuk gejolak harga pangan (volatile food), Bhima menambahkan, akan ada tantangan cuaca sampai dengan tahun depan. Namun demikian, secara umum pasokan bahan pangan diperkirakan cukup aman, terutama komoditi beras.
"Kalaupun nanti ada kenaikan harga menjelang Natal dan Tahun Baru, itu hanya bersifat musiman saja, jadi wajar," ucap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen, lebih tinggi dibanding deflasi 0,07 persen di bulan sebelumnya. Sedangkan inflasi inti 0,35 persen di periode yang sama atau naik dibanding realisasi Agustus 2017 yang sebesar 0,28 persen.
Dengan capaian inflasi inti 0,35 persen di September, maka inflasi inti tahun kalender (Januari-September 2017) sebesar 2,51 persen dan dari tahun ke tahun (September 2017 terhadap September 2016) sebesar 3 persen.
Realisasi inflasi inti bulanan memang mengalami kenaikan dibanding September tahun lalu yang sebesar 0,33 persen. Akan tetapi, dilihat dari inflasi inti tahun kalender dan tahun ke tahun pada 2017 lebih rendah dibanding 2016, yang sebesar 2,58 persen dan 3,21 persen.
"Inflasi tahun ke tahunnya kalau di September 2017 kan 3 persen, di tahun lalu 3,21 persen. Ini yang masih jadi kekhawatiran. Indikator demand side masih lemah, daya beli lemah," Bhima menerangkan.
Dia berharap, pemerintah terus berupaya menjaga pasokan bahan pangan aman, terutama beras sampai dengan akhir tahun. "Kebijakan yang perlu diambil, memastikan pasokan pangan terutama beras aman sampai akhir tahun, dan pengendalian harga berjalan dengan efektif," tutur Bhima.
Dia berharap, pemerintah terus berupaya menjaga pasokan bahan pangan aman, terutama beras sampai dengan akhir tahun. "Kebijakan yang perlu diambil, memastikan pasokan pangan terutama beras aman sampai akhir tahun, dan pengendalian harga berjalan dengan efektif," ujarnya.
Sementara untuk meningkatkan daya beli masyarakat, Bhima mengimbau agar pemerintah memaksimalkan penyerapan belanja guna mendorong konsumsi masyarakat. Harapannya, realisasi penyerapan belanja pemerintah naik pada kuartal III dan IV ini.
"Bagi BI, tidak cukup hanya dengan memangkas suku bunga acuan. Untuk mendorong konsumsi, BI perlu menurunkan uang muka (DP) kredit properti dan kendaraan bermotor. Setidaknya loan to value menjadi 95 persen dalam rangka melanjutkan stimulus moneter," kata Bhima.
Advertisement