Apa Alasan ISIS Klaim Peristiwa Penembakan Las Vegas?

Lagi-lagi ISIS mengklaim bahwa insiden yang tengah menjadi sorotan. Kali ini penembakan massal di Las Vegas, Amerika Serikat.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 03 Okt 2017, 19:00 WIB
Garis polisi terpasang di dekat Mandalay Bay Hotel and Casino, lokasi penembakan brutal di Las Vegas, Senin (2/10). Setidaknya 58 orang tewas dan lebih dari 500 lainnya terluka akibat penembakan paling mematikan dalam sejarah AS. (Mark RALSTON/AFP Photo)

Liputan6.com, Las Vegas - Tak lama setelah terjadinya penembakan massal di Las Vegas yang menewaskan setidaknya 59 orang dan melukai 527 lainnya, Amaq, lembaga pemberitaan tak resmi kelompok ISIS, mengklaim bahwa mereka berperan dalam insiden itu.

Sejauh ini, tersangka yang oleh polisi dikenali sebagai Stephen Paddock (64) dari Mesquite, Nevada, belum pernah diketahui menjadi pendukung ISIS atau hal lain untuk mendukung klaim itu.

Satu-satunya bukti keterlibatan hanya berasal dari pernyataan ISIS sendiri, yaitu adanya "militan ISIS" yang membunuh para penonton konser dan rekaan bahwa Paddock telah jadi mualaf beberapa bulan sebelumnya.

Seperti dikutip dari The Atlantic pada Selasa (3/10/2017), sejauh ini FBI berpendapat bahwa serangan itu tidak terkait dengan terorisme internasional.

Bukti-bukti akan terkuak dan dibandingkan dengan klaim ISIS tersebut. ISIS disebut-sebut akan "mengaku-ngaku untuk apa pun, bahkan (dalam bencana) badai".

Sebenarnya, ISIS tidak mengklaim bencana alam, tapi bersukacita melihat penderitaan para korban bencana. Mereka memanfaatkan media hanya untuk tindakan-tindakan yang disengaja.

Kebanyakan serangan yang diklaim oleh ISIS dilakukan oleh orang-orang yang bertindak demi namanya, dan kadang-kadang meninggalkan pernyataan pendek melalui video untuk menegaskan niat mereka.

Lembaga berita Amaq menjadi saluran untuk klaim awal, biasanya muncul dalam satu hari. Jika pernyataannya terlihat menipu, tentu sudah sejak lama pengakuan mereka diabaikan.

Dan kenyataannya, klaim mereka tetap harus diselidiki terlebih dahulu.

Dugaan bawa ISIS sekadar memantau berita demi mencari pembunuhan massal, kemudian menerbitkan keterangan pers demi mencuri nama adalah dugaan yang tidak tepat.

Amaq mungkin mempelajari perincian serangan dari media arus utama (mainstream) dan terkadang salah dalam perincian itu, sebagaimana media arus utama juga melakukan kesalahan. Akan tetapi, klaim biasanya mengalir dari Amaq.

 

Saksikan detik-detik penembakan Las Vegas berikut ini:


Belum Ada Ciri Keterlibatan ISIS

Tanda lain ketiadaan keterlibatan ISIS adalah tidak adanya video dari pembidik di senapan Paddock. (Sumber Twitter/@Rita_Katz)

Klaim tentang penembakan Las Vegas mungkin akan ketahuan bohongnya. Mereka belum memberikan bukti, entah video telepon pintar dari pembunuhnya yang berisi baiat dalam bahasa Arab yang gelagapan, atau swafoto sedang menaikkan telunjuk, dan sejenisnya.

Tanda lain ketiadaan keterlibatan ISIS adalah tidak adanya video dari pembidik di senapan Paddock. Dalam serangan-serangan semisal serbuan ke toko Holey Bakery di Dhaka, Bangladesh, para pembunuh mengunggah foto-foto langsung dan eksklusif untuk Amaq.

Klaim ini juga bukan yang pertama terkait kasino. Pada Juni lalu, seorang yang ketagihan judi, menembaki dan membakar kasino Resorts World di Manila, Filipina.

ISIS mengaku-ngaku bertanggung jawab dan mengaku-ngaku bahwa Jessie Javier Carlos (42) menjadi mualaf beberapa bulan sebelumnya tanpa memberi tahu siapa pun. Penjelasan itu diduga sebagai kebohongan belaka.

Dengan demikian, klaim palsu apa pun terkait penembakan Las Vegas akan secara efektif meruntuhkan kredibilitas lembaga pemberitaan tersebut.

Ketika ISIS melakukan klaim terhadap suatu serangan, maka dirinya menjadi tersandera kepada fakta-fakta yang kemudian terkuak dalam investigasi lanjutan.

Para pendukung ISIS malu-malu merayakan penembakan oleh Paddock, karena bisa saja tersangka pelaku itu malah seorang Kristen yang sakit jiwa, misalnya. Atau, jika majalah porno dan minuman keras bertebaran di kamar.

Menurut laporan, Paddock baru saja berjudi habis-habisan. Padahal, judi dan minum-minum terhitung sebagai dosa besar dalam Islam. Paddock juga diduga membunuh dirinya sendiri, tidak menunggu ditembak mati sebagaimana gaya khas ISIS.

Bisa saja ISIS berdalih bahwa pornografi dan minum-minum adalah sekadar kebiasaan masa lalu, bahkan jika baru terjadi seminggu lalu. Dengan demikian, hal kelahiran kembali sebagai mujahid khilafah dapat mengamankan klaim Amaq tanpa perlu menyesal nantinya.

Dengan terkuaknya fakta-fakta, kita akan menyaksikan apakah pembunuhan di Las Vegas mengingatkan kita untuk menanggap serius terhadap Amaq atau malah membuktikan bahwa standar lembaga itu sudah terpuruk tanpa bisa diperbaiki lagi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya