Liputan6.com, Jakarta Batik telah lama dikenal dan dikagumi bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia. Sejak Kerajaan Mataram Kuno, batik bahkan sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat Nusantara.
Hal tersebut setidaknya diungkapkan Triana Wulandari, Direktur Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, dalam rangka memperingati Hari Batik 2 Oktober 2017.
Advertisement
“Ternyata sejarah telah mencatat bahwa sejak abad 18 sudah digelar pameran-pameran batik di berbagai negara lain di dunia," ungkap Triana.
Dirinya menambahkan, batik semakin eksis dan diterima dengan baik oleh warga dunia, baik corak maupun fungsinya. Ketika R Tagore berkunjung ke Jawa pada 1927, dia sangat kagum dengan proses pembuatan batik.
“Kekaguman R Tagore diwujudkan dengan mengirim pelajar India untuk belajar membatik. Kemarin, ketika digelar seminar ternyata pelajar santiniketan India banyak yang pandai membatik hanya motif berbeda di kain sari-nya India,” ungkap Triana. Selain itu, batik telah menjadi identitas bangsa yang wajib dilestarikan dan dijaga oleh seluruh generasi muda. Salah satunya, dengan terus memahami sejarah batik.
“Dengan memahami sejarah batik, generasi muda akan berekspresi melalui berbagai karya yang bisa membanggakan dan mengharumkan bangsa,” tandasnya.Rentang sejarah panjang batik sudah identik dengan Indonesia. Sehingga, batik tidak sekedar seni melainkan juga berfungsi sebagai pengikat, pemersatu, serta menjadi jati diri bangsa.
Mencintai batik harus dibarengi upaya melestarikan warisan bangsa yang sangat berharga tersebut. Maka, perlu mengerti segala hal terkait batik, baik asal usul, teknik pembuatan, motif, serta maknanya.
“Sudah sepatutnya generasi milenial paham sejarah batik dan bangga mengenakannya sebagai identitas bangsa. Sebab, sejarah membuktikan batik menjadi media diplomasi budaya bangsa di mata dunia,” kata Triana menambahkan.