Liputan6.com, Indramayu - Terinspirasi dari makanan bergaya Eropa, seorang penggiat konservasi sapi di kawasan Eretan, Kabupaten Indramayu, sengaja mengolah daging sapi hasil persilangan yang disebut Jaliteng menjadi steak lezat. Sapi Jaliteng merupakan hasil perkawinan silang antara sapi Bali dengan banteng Jawa.
"Setelah melihat hasil pengembangbiakkan sapi Jaliteng di Taman Safari Indonesia (TSI) Prigen Jawa Timur, saya coba mengembangbiakkan di Indramayu. Ternyata berhasil, bahkan lebih cepat dari di Jawa Timur," kata penggiat konservasi Yan Benyamin kepada Liputan6.com, Selasa, 3 Oktober 2017.
Dia mengatakan upaya pengembangbiakan sapi Jaliteng sudah dilakukannya sejak tiga tahun lalu. Yan yang memiliki beberapa ekor Sapi Bali mendapat sumbangan sepasang sapi Jaliteng indukan hasil perkawainan silang di Jawa Timur.
Yan tidak menyangka dapat mengembangbiakkan sapi Jaliteng di Pantura Jawa Barat. Dari 112 ekor sapi Jaliteng anakan, sekitar 30 ekornya sudah dibagikan ke masyarakat sekitar.
"Dagingnya juga enak, bahkan lebih banyak dibandingkan daging sapi Bali biasa," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, tulang sapi Jaliteng terbilang kecil. Jika dihitung, komposisi sapi Jaliteng 60 persennya berupa daging, sisanya berupa tulang. Komposisi itu berkebalikan dengan sapi biasa yang 60 persennya berupa tulang, sedangkan sisanya baru daging.
"Bobotnya sapi Jaliteng bisa sampai 500 kilogram per ekor," kata Yan.
Dalam pembiakkan sapi, Yan mengatakan sengaja melepas sapi miliknya ke alam liar. Tentu dengan penjagaan para pekerjanya. Ia juga rutin memanggil dokter hewan untuk memeriksakan sapi miliknya.
"Kalau sudah waktunya ya masuk kandang," ujar dia.
Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Komisaris Taman Safari Indonesia Tony Sumampau mengaku program perkawinan silang itu merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi peternak sapi.
"Awalnya merupakan gagasan Gubernur Jatim Pak Karwo yang ingin sapi Bali di Jatim secara genetik ditingkatkan mutunya sehingga dagingnya akan lebih dan sapi Bali di Jatim beratnya meningkat sehinga peternak lebih sejahtera," kata Tony.Dia mengatakan, hasil perkawinan silang tersebut berhasil meningkatkan bobot sapi. Jika sapi Bali betina memiliki berat 350 hingga 400 Kg, berat sapi Jaliteng menjadi 600-700 kg.
Namun, aku Tony, kualitas anakan sapi Jaliteng mulai menurun. Maka itu, dia berinisiatif mengirim sepasang indukan sapi Jaliteng untuk dikembangbiakkan.
"Pak Yan kan ada sapi Balinya kenapa tidak dicoba dimasukkan satu Jaliteng sebagai pejantan dengan betinanya. Ternyata setelah dikirim, tubuhnya bagus, subur, dan sehat, bahkan sudah bisa dimakan dagingnya," kata Tony.
Tony mengatakan kualitas sapi Jaliteng bisa ditingkatkan dengan program penggemukan khusus. Untuk itu, sapi biasanya dimasukkan ke dalam kandang, diberi makan dan nutrisi yang baik.
Dia mengatakan, pesatnya pertumbuhan sapi Jaliteng di Eretan disebabkan genetika dan darah segar yang dihasilkan dari Banteng Jawa itu sendiri. Maka itu, bobot anakan sapi Jaliteng mencapai 26 kilogram lebih berat dibandingkan sapi Bali biasa.
"Tujuan utamanya adalah bagaimana negara kita bisa memenuhi kebutuhan daging di Indonesia dan tidak impor lagi. Bahkan jika peternak Indonesia mampu memelihara Jaliteng dengan baik, akan lebih sejahtera karena dagingnya lebih besar dan banyak," ujar dia.
Saksikan video pilihan berikut ini: