Liputan6.com, Jakarta - Kedatangan Raja Swedia Carl XVI Gustaf dan Ratu Sylvia pada Mei 2017 lalu ke Indonesia membawa angin segar bagi hubungan kedua negara. Pasalnya, kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Swedia kian meningkat baik.
Salah satu tindak lanjut hubungan kerja sama pasca-kunjungan Raja Gustav adalah penandatanganan nota kesepahaman antara kedua negara dalam bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi.
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) ini dilakukan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Mohamad Nasir dan Menteri Pendidikan dan Riset Kerajaan Swedia Helena Hellmark Knutsson.
Melalui kerja sama ini, Kemenristekdikti RI dan pihak Swedia ingin memperkuat hubungan persahabatan. Kedua negara memahami kepentingan bersama untuk mendorong dan mempromosikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Baca Juga
Advertisement
Diharapkan hubungan kerja sama tersebut dapat memajukan ekonomi nasional dan sosial.
"Dari kesepakatan tersebut, salah satu yang menjadi fokus utama adalah urusan pendidikan tinggi," ujar Mohamad Nasir pada Rabu (4/10/2017).
"Sudah banyak perguruan tinggi di Swedia yang masuk dalam ranking 500 dunia. Maka dari itu, Indonesia harus banyak belajar dari Swedia yang terlebih dahulu sudah unggul dalam urusan pendidikan," tambah dai.
Untuk urusan pendidikan sendiri, Menteri Nasir juga menjelaskan bahwa akan ada kunjungan dari Profesor Swedia yang akan memberikan pemaparannya seputar ilmu pendidikan tertentu. Hal itu sebagai upaya dan pemacu pendidikan Indonesia agar lebih maju lagi.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Riset Kerajaan Swedia Helena Hellmark Knutsson, mengaku senang berkunjung ke Indonesia.
"Saya merasa senang bisa berkunjung ke Indonesia. Ini adalah kali kedua bagi saya bertemu Menteri Nasir yang sebelumnya saya jumpai di Stockholm," ujar Menteri Helena.
"Meski Swedia adalah negara kecil -- dibanding Indonesia yang memiliki wilayah yang luas -- saya rasa kedua negara punya kesamaan dari segi kompetitif dan cara pandang. Saya rasa kolaborasi ini dapat berjalan dan bekerja dengan baik. Tentunya kita harus mempertahankan hubungan baik ini hingga masa mendatang," tambahnya.
Selain urusan pendidikan tinggi yang jadi tombak utama, Menteri Nasir juga akan mendorong kerja sama di bidang riset.
"Indonesia sendiri sudah mengembangkan riset pesawat terbang. Sedangkan Swedia sudah konsep Triple Helix. Maka dari itu kita akan berkolaborasi dalam urusan riset dan teknologi," kata Nasir.
Triple Helix sendiri adalah sebuah pendekatan yang melibatkan kerja sama yang erat antara akademisi, industri dan lembaga umum untuk menemukan dan memecahkan tantangan inovasi baru yang merupakan merek dagang sistem inovasi Swedia.
Menteri Nasir pun menjelaskan ada target yang telah dipasang oleh Pemerintah RI. Ia berharap, tahun 2019 nanti sudah ada bentuk kerja sama yang terealisasi dan menghasilkan manfaat bagi kedua negara.
Bicara soal manfaat, Menteri Nasir memaparkan bahwa keuntungan yang akan didapat oleh Indonesia adalah dapat mengadopsi sistem teknologi, pendidikan dan riset yang sudah diterapkan terlebih dahulu oleh Swedia.
Sedangkan Swedia sendiri dapat merealisasikan ilmu yang mereka miliki ke dunia internasional.