Liputan6.com, London - Putra Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles dan istri Camilla Rosemary Mountbatten-Windsor dijadwalkan akan melawat ke sejumlah negara di Asia. Namun, Myanmar, tidak masuk destinasi yang akan dikunjungi Charles dan Camilla.
Sudah banyak yang menduga bahwa dalam kunjungannya ke negara-negara bekas jajahan Inggris tersebut, Pangeran Charles dan Duchess of Cornwall akan melewatkan Myanmar. Pasalnya, Myanmar tengah menuai kecaman dunia atas krisis kemanusiaan Rohingya.
Baca Juga
Advertisement
Lebih dari setengah juta warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh menyusul operasi militer besar-besaran di desa-desa mereka. PBB menggambarkan tindakan militer tersebut sebagai upaya pembersihan etnis.
Seperti dikutip dari Telegraph pada Rabu (4/10/2017), Clarence House yang merupakan kediaman resmi Charles dan Camilla mengumumkan dalam sebuah konferensi bahwa pasangan itu akan memulai kunjungan 11 harinya di Singapura pada 30 Oktober.
Dari Negeri Singa, pasangan itu akan bertolak ke Malaysia dan mengakhiri kunjungan mereka di India.
Scott Furssedonn-Wood, Wakil Sekretaris Pribadi Pangeran Charles untuk urusan luar negeri dan persemakmuran mengatakan bahwa kunjungan tersebut dilakukan atas permintaan pemerintah.
"Pasangan kerajaan senang bisa kembali ke India serta mengunjungi Singapura dan Malaysia bersama untuk pertama kalinya," ujar Furssedonn-Wood.
Disambut Positif
Selama kunjungan tersebut, Charles dan Camilla akan menandatangani 50 perjanjian yang menunjukkan luas dan dalamnya hubungan Inggris dengan mitra kunci persemakmuran sebelum KTT di London pada April mendatang.
Philip Malone, Direktur Departemen Asia Tenggara di Kementerian Luar Negeri dan Persemakmuran menolak menjawab mengapa mereka melewatkan Myanmar dalam kunjungan kali ini. Ia hanya menyampaikan, "Untuk tur seperti ini, Anda mempertimbangkan berbagai hal dan kami memutuskan untuk pergi ke Singapura dan Malaysia".
"Kunjungan ini direncanakan dalam selama beberapa bulan, persiapannya dibuat dan langsung dipahami...di mana kami akan memutuskan apa yang akan kami kejar dalam lawatan ini," imbuhnya.
Charles dan Camilla bertemu dengan pemimpin de facto Myanmar yang juga state counsellor negara itu, Aung San Suu Kyi, di Clarence House pada Mei lalu, saat di mana kekerasan kekerasan belum berkobar di Rakhine, Myanmar.
Meski dilabeli sebagai pemimpin Myanmar, Suu Kyi tidak memiliki wewenang militer atas negara itu. Belakangan, ia dihadapkan pada banyak kritikan internasional atas kegagalannya menangani krisis kemanusiaan Rohingya.
Dilewatkannya Myanmar dalam kunjungan Charles dan Camilla, disambut positif.
"Ketika seseorang dengan posisi tinggi seperti Pangeran Charles mengunjungi negara itu, maka akan dipandang sebagai 'penghargaan' serta memberikan legitimasi kepada pemerintah dan militer (Myanmar) yang saat ini melanggar hukum internasional," terang Mark Farmaner, Direktur Burma Campaign UK.
Pangeran Charles mengenal Michael Aris, mendiang suami Aung San Suu Kyi yang meninggal akibat kanker prostat tahun 1999. Dan sejak tahun itu pula, Charles menjadi pelindung bagi Michael Aris Memorial Trust for Tibetan and Himalayan Studies.
Charles dan Camilla akan terbang dengan jet Voyager yang lazimnya mengangkut menteri dan anggota kerajaan lainnya selama perjalanan dinas.
Advertisement