Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau, dan mencetak rekor baru tertinggi. Namun, penguatan IHSG menjadi tidak signifikan pada akhir perdagangan saham.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (4/10/2017), IHSG naik 12,02 poin atau 0,20 persen ke posisi 5.951,47. Indeks saham LQ45 menguat 0,22 persen ke posisi 991,96. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau. Level IHSG di 5.951 termasuk tertinggi sepanjang sejarah.
Ada sebanyak 205 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 126 saham melemah. 112 saham lainnya di tempat.
Baca Juga
Advertisement
IHSG sempat berada di level tertinggi 5.967,11 dan terendah 5.946,64. Total frekuensi perdagangan saham 285.532 kali dengan volume perdagangan 8,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,8 triliun.
Investor asing melakukan aksi jual Rp 406,13 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.470.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham keuangan turun 0,10 persen. Sektor saham tambang naik 1,52 persen, dan catatkan penguatan terbesar.
Disusul sektor saham pertanian naik 1,09 persen dan sektor saham konstruksi menanjak 0,65 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham PTSN naik 18,03 persen ke posisi Rp 216, saham TMPO melonjak 17,92 persen ke posisi Rp 250 per saham, dan saham OASA menguat 12,40 persen ke posisi Rp 680 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan yiatu saham TBMS melemah 19,25 persen ke posisi Rp 965, saham CMPP tergelincir 14,04 persen ke posisi Rp 765, dan saham MAYA susut 12,19 persen ke posisi Rp 2.810 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,73 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul indeks saham Jepang Nikkei menanjak 0,06 persen. Sedangkan indeks saham Singapura melemah 0,29 persen.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, penguatan IHSG didorong oleh rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat. Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat juga menunjang pergerakan IHSG. Ini dilihat dari terkendalinya inflasi. Tercatat inflasi September 0,13 persen.
William mengatakan, IHSG berpeluang naik dan cetak rekor baru hingga akhir tahun. Ini ditopang oleh fundamental ekonomi dan laporan keuangan emiten. "Laporan keuangan emiten diperkirakan ada perbaikan yang tunjang IHSG," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: