HEADLINE: Terkuat di Asia Tenggara, TNI Maksimal Berdaya Guna?

TNI genap berusia 72 tahun. Posturnya dianggap yang terbaik di Asia Tenggara. Namun, TNI diminta tidak terlena.

oleh Devira PrastiwiYusron Fahmi diperbarui 05 Okt 2017, 00:06 WIB
Tank TNI saat geladi resik HUT ke-72 TNI di Cilegon, Banten, Selasa 3 Oktober 2017 (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia (TNI) genap berusia 72 tahun hari ini, Kamis 5 Oktober 2017. Perayaan ulang tahun dipusatkan di Dermaga PT Pantai Indah Kiat Cilegon, Banten.

Sejumlah atraksi militer dengan melibatkan persenjataan terbaru akan digelar. Defile senjata dan pasukan dari tiga matra menjadi menu utama perayaan HUT TNI kali ini.

TNI dan bangsa Indonesia sejatinya bisa berbangga dengan kekuatan militer yang dimiliki. Global Firepower Index (GFI) merilis, kekuatan militer Indonesia pada 2017 berada di urutan ke-14 dari 133 negara.

Dengan kekuatan 876 ribu pasukan aktif, 468 tank, 420 pesawat tempur, dan 2 kapal selam, indeks kekuatan TNI berada di atas Brasil dan Israel yang berada di urutan bawahnya, yaitu peringkat 15 dan 16.  

Lebih dari itu, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kekuatan militer paling powerfull di kawasan ASEAN dan Australia. Negara Asia Tenggara dengan peringkat teratas di bawah Indonesia adalah Vietnam (17) dan Thailand (20). Sementara Australia berada di urutan 23 (lihat infografis).

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, Indonesia membutuhkan alat utama sistem persenjataan (alutsista) terbaik dunia untuk mendukung kemampuan TNI menjaga dan melindungi kedaulatan negara.

"Kita doakan semoga pejabat-pejabat negara ini sadar bahwa ancaman semakin jelas dan kita perlu memiliki alat utama sistem persenjataan nomor satu di dunia," kata Gatot usai berziarah di Makam Panglima Besar Jenderal Soedirman, di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta, Selasa 19 September 2017.

Menurut dia, Indonesia dengan wilayah yang sangat luas perlu dijaga dengan dukungan alutsista yang memadai. "Kita kan tahu luas wilayah kita bukan main, sehingga harus dijaga bukan hanya dengan doa saja," kata dia.

Gatot berharap pengadaan alutsista dengan kualitas terbaik segera direalisasikan. Apalagi, pengadaan alutsista itu, menurut dia, juga telah diperintahkan oleh Presiden Jokowi.

"Presiden sudah memerintahkan 18 bulan yang lalu, TNI hanya memberikan spek (spesifikasi) saja," kata dia.

Pembelian pesawat TNI, menurut dia, harus dipastikan bisa digunakan untuk bertempur dan dilengkapi dengan senjata yang lengkap.

"Jangan kita membeli pesawat yang tidak ada senjata, senjatanya pura-pura. Jumlahnya (pesawat) seribu tapi kalau tidak punya senjata, itu untuk demonstrasi saja," kata Gatot.

 


Banyak PR

Analis militer dari Universitas Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie, menyatakan TNI jangan hanya berbangga dengan daftar peringkat yang dikeluarkan Global Firepower Index (GFI). "Itu hanya akal-akalan," ujar Conny saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (4/10/2017).

Connie menyatakan, logikanya jika memang militer Indonesia masuk dalam papan atas dunia atau peringkat 14 dunia, sejumlah kejahatan yang terjadi di Tanah Air bisa dicegah.

"Sekarang saya tanya, masih ada enggak itu pencurian ikan, penyelundupan, dan tindak kejahatan lainnya? Masih, kan?" ujar dia.

Foto dok. Liputan6.com

Connie menambahkan, di usianya yang ke-72, TNI masih mempunyai sejumlah pekerjaan rumah. Tugas utama yang harus diselesaikan adalah bisa mengamankan rumah sendiri dengan meminimalisir tindak kejahatan lintas negara, termasuk yang terjadi di lautan.

"Jangan terbius dengan survei lembaga asing. Sekarang saya tanya TNI AL, berapa kali ke Natuna? Bisa dihitung. Wilayah kita itu bahkan nyaris jadi wilayah terbuka karena belum terjangkau semua oleh TNI," kata penulis buku Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal ini.

Hingga jelang akhir masa jabatan, kata Connie, Panglima TNI Gatot Nurmantyo juga belum membuat roadmap TNI soal negara poros maritim yang telah didengungkan Presiden Jokowi di awal kepemimpinannya pada 2014.

"Kalau mau TNI makin kuat, roadmap harus ada. Itu buku putih yang menjadi petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka menuju negara poros maritim yang kuat," jelasnya.

Terlepas dari itu, Connie menyatakan, TNI adalah pemersatu bangsa. Hasil survei sebuah media nasional menyebut 97 persen masyarakat yakin TNI adalah pemersatu bangsa.

"Agar bisa 100 persen, bahkan 1.000 persen, TNI harus menjaga sumpah prajurit. TNI jangan berpolitik dan harus netral sampai kapan pun," ujar dia.

 


Naikkan Anggaran

Anggota Komisi I DPR, Sukamta, berharap di usianya yang ke-72, TNI bisaterus meningkatkan kuantitas dan kualitas. Unsur-unsur pertahanan perlu terus ditingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan alutsista.

"Kita terus berusaha meningkatkan alutsista TNI baik secara kuantitas maupun kualitas. Kita berharap melalui MEF (Minimum Essentials Force) kebutuhan alutsista TNI tersebut dapat terpenuhi," ujar Sukamta kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu 4 Oktober 2017.

Tak hanya itu, dia juga berharap agar anggaran untuk menyediakan alutsista dapat terus ditingkatkan.

"Dari tahun ke tahun, kita terus mendorong agar anggaran untuk membeli dan memperbarui alutsista ditingkatkan," kata dia.

Alasannya, menurut Sukamta, pada HUT ke-72 TNI ini, kita perlu mencermati perkembangan kekuatan militer.

"Berdasarkan data Global Fire Power (GFP), rangking kekuatan militer Indonesia pada 2012 berada pada posisi ke-22, dan pada 2015 naik menjadi peringkat ke-19. Pada Januari 2016, Indonesia naik di posisi ke-12 dengan power index 0,52," ucapnya.

Sementara, pada 2017, ucap dia, rangking GFP Indonesia menurun pada posisi ke-14 dengan power index 0,34. Hal ini, menurut Sukamta, menunjukkan kekuatan militer Indonesia semakin baik tapi rangking menurun.

Prajurit TNI berbaris saat melakukan gladi resik jelang HUT TNI ke-72 di Cilegon, Banten, Selasa (3/10). Gladi resik tersebut untuk memperingati HUT TNI ke-72 yang dilaksanakan tanggal 5 Oktober. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Percepatan peningkatan kekuatan militer Indonesia lebih lambat dibanding negara-negara lain. Ini bisa ditafsirkan sebagai meningkatnya potensi ancaman terhadap Indonesia," kata dia.

Selain unsur alutsista, Sukamta menilai, prajurit TNI sebagai salah unsur penting juga harus terus ditingkatkan kemampuan, integritas, kedispilinan, serta kedekatannya dengan rakyat.

Secara kemampuan, kata dia, Indonesia memiliki sejumlah pasukan elite khusus di masing-masing matra, seperti Kopassus dan Raider di AD, Paskhas dan Denbravo (Detasemen Bravo) 90 di AU, Komando Pasukan Katak (Kopaska), Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib), dan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) di AL, yang memiliki kemampuan di atas rata-rata tentara reguler.

"Daya survival dan daya tempur pasukan elite kita diakui kehebatannya oleh negara-negara lain. Ini jadi kebanggaan tersendiri, tapi jangan membuat kita terlena. Justru Indonesia harus terus meningkatkan kuantitas dan kualitasnya," tutur Sekretaris Fraksi PKS ini.

Tak hanya itu, Sukamta menambahkan, jiwa prajurit TNI juga harus terus digembleng agar selalu memiliki integritas dan kedisiplinan yang tinggi.

"Para prajurit TNI juga perlu terus dipahamkan bahwa TNI ini lahir dari rahim rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," ujar Sukamta.

Sementara itu, Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto, berharap di usia ke-72, TNI semakin profesional dan solid. 

"Makin profesional, solid. Makin berdaya guna dan berhasil guna. Alusistanya juga semakin canggih, kuat, SDM-nya juga semakin memadai," ujar Wawan di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu 4 Oktober 2017.

Wawan menyatakan, alat militer produksi dalam negeri untuk menyokong TNI makin canggih saat ini. Ditambah dengan sumber daya manusia yang mumpuni, transfer teknologi militer bisa diserap dengan cepat.

"Transfer of technology bisa kita lakukan dengan baik karena putra-putri kita semakin bagus," jelas Wawan.

 Dirgahayu, TNI!

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya