Jokowi Perintahkan PLN untuk Lebih Efisien

Menurut Jokowi, jika PLN tak bisa efisien maka akan sangat berpengaruh kepada harga jual listrik.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Okt 2017, 21:14 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pembangunan PLTU Jawa 7, 9 dan 10 dengan total kapasitas 4 ribu Mega Watt (MW), Kamis (5/10/2017). (Wicak/Liputan6.com)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pembangunan PLTU Jawa 7, 9 dan 10 dengan total kapasitas 4 ribu Mega Watt (MW), Kamis (5/10/2017). (Wicak/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan kepada PT PLN (Persero) untuk segera melakukan efisiensi. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka akan membebankan masyarakat melaui tagihan listrik.

Jokowi mengarahkan PLN untuk mengkaji ulang semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi listrik, seperti harga energi primer pembangkit khususnya batu bara dan proses transportasi.

"Ini masalah efisiensi, agar semua biaya-biaya itu di cek betul secara detil baik yang harga batu bara, baik yang biaya transportasi angkut batu bara," kata Jokowi, saat meresmikan pembangunan dan pengoperasian PLTU di Serang, Banten, Kamis (5/10/2017).

Menurut Jokowi, jika PLN tak bisa efisien maka akan sangat berpengaruh kepada harga jual listrik. Tentu saja hal ini akan memberatkan masyarakat.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengingatkan kepada PT PLN (Persero) untuk mengurangi penggunaan pembangkit yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM). Pengurangan tersebut untuk meningkatkan efisiensi sehingga harga listrik bisa terjangkau.

Jonan telah memberikan arahan kepada direksi PLN untuk melakukan efisiensi dalam berbagai hal. Beberapa bentuk efisiensi tersebut adalah dengan mengkaji ulang penggunaan energi primer pada pembangkit dan perawatan berkala infrastruktur kelistrikan.

"Saya sudah katakan, PLN harus melakukan efisiensi dalam semua kegiatan," kata Jonan.

Untuk penggunaan energi‎ primer pembangkit, sebaiknya PLN mengurangi pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang mengonsumsi BBM. Pasalnya, Biaya Pokok Produksi (BPP) pembangkit listrik tersebut cukup tinggi.

Menurut Jonan, pembangkit yang menggunakan BBM tersebut, seharusnya sudah bisa digantikan dengan pembangkit lain yang telah beroperasi dengan bahan bakar yang lebih murah, sehingga dapat menurunkan porsi BBM dalam bauran energi yang saat ini sekitar 6 persen.

"Harapan saya jangan 6 persen wong yang Commercial Operation Date (beroperasi) bertambah," ujar dia.

Jonan pun mengarahkan, pembangkit yang mengonsumsi BBM tersebut digantikan dengan yang menggunakan bahan bakar gas, agar lebih efiien, karena harganya jauh lebih murah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya