Dua Anak Usaha Wika Segera Catatkan Saham di BEI

PT Wika Gedung akan menggelar paparan publik pada 24 Oktober 2017, dan pencatatan sahamnya pada November 2017.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 06 Okt 2017, 15:25 WIB
(Foto: Wika.co.id)

Liputan6.com, Jakarta - Dua anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu dekat. Dua anak usaha itu yakni PT Wika Gedung dan PT Wika Realty. Wika Gedung akan mencatatkan saham terlebih dahulu di BEI. Rencananya, saham tersebut tercatat pada November 2017.

"Di bulan November, jadi akhir bulan November kita akan listed. Nanti 24 Oktober ada public expose," kata Direktur Human Capital dan Pengembangan Investasi PT Wika Gedung Nur Al Fata di Jakarta, Jumat (6/10/2017).

Rencana pelepasan saham ke publik ini sempat tertunda. Lantaran Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mewacanakan program holding BUMN.

"Begini memang sejak tahun 2016, memang menggunakan buku Desember, memang konsolidasi di Kementerian Bumn terkait dengan program holding. Ada konstruksi, perumahan, tol, sedang proses, sehingga proses menjual saham kepada publik di hold," jelas dia.

Pihaknya masih enggan menyebutkan kisaran harga saham beserta target raihan initial public offering (IPO). Namun, dia menjelaskan, sebanyak 60-70 persen akan digunakan untuk pengembangan usaha dan investasi. Sementara, sisanya untuk modal kerja.

Setelah Wika Gedung, Wika Realty akan menyusul kemudian. Wika Realty berencana melepas saham pada kuartal I tahun depan.

"Pakai buku September sehingga realisasi triwulan pertama tahun depan," kata Direktur Utama Wika Realty Agung Salladin.

Agung mengetakan, akan melepas sekitar 30-40 persen saham ke publik. Dana yang diincar dari IPO sekitar Rp 3,5 triliun hingga Rp 5 triliun.

Dia menuturkan, dana tersebut digunakan untuk pembayaran utang serta pengembangan usaha. "Targetnya kami minimal Rp 3,5 triliun- Rp 5 triliun dari IPO," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Cara Menteri Rini Rampingkan Anak Usaha BUMN

Sebelumnya Menteri BUMN Rini Soemarno mengaku sependapat dengan Presiden RI Joko Widodo yang menyatakan jumlah anak usaha BUMN dan cucu perusahaan BUMN cukup banyak, mencapai 800 perusahaan.

Karena itu, selama menjadi Menteri BUMN, salah satu pekerjaan rumah yang terus dikerjakan adalah memangkas jumlah anak usaha BUMN terserbut sehingga jadi lebih efisien.

"Sejak saya masuk menjadi Menteri BUMN, itu juga yang saya komplain, kok bisa jumlahnya banyak sekali, dan itu banyak perusahaan yang lini bisnisnya sama," kata Rini di Plaza Mandiri seperti ditulis, Jumat 6 Oktober 2017.

Dia mencontohkan, salah satu perusahaan sejenis adalah yang memiliki bisnis mengelola rumah sakit. Awal mula banyaknya anak usaha BUMN yang mengelola rumah sakit ini dikarenakan kurangnya pelayanan kesehatan di masing-masing lahan bisnis BUMN.

Namun tak menjualnya, Rini lebih memilih menyatukan BUMN rumah sakit terserbut menjadi sebuah holding. Selain jumlahnya lebih sedikit, skala bisnis BUMN rumah sakit ini juga lebih besar.

Hal serupa juga terjadi di BUMN Karya. Masing-masing BUMN Karya ini memiliki anak usaha yang mengelola hotel. Untuk menyederhanakannya, Rini telah mengonsolidasikan dengan Hotel Indonesia Natour yang merupakan BUMN yang bergerak dalam pengelolaan hotel.

"Justru sekarang bagaimana mengkonsolidasikan menjadi lebih efisien dan lebih baik pelayanannya dan membeikan standar kualitas yang baik," dia menjelaskan. (Yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya