Liputan6.com, Tokyo - Kematian seorang jurnalis Jepang pada 2013 lalu telah dikonfirmasi akibat bekerja terlalu keras (overwork). Jelang kematiannya, yang bersangkutan diketahui bekerja lembur selama 159 jam dalam waktu satu bulan.
Seperti dikutip dari News.com.au pada Jumat (6/10/2017), Miwa Sado, seorang jurnalis politik di lembaga penyiaran publik di Jepang, NHK, meninggal akibat gagal jantung.
Otoritas di Tokyo mengklaim bahwa nyawa perempuan berusia 31 tahun itu melayang setelah ia mengalami gangguan kesehatan akibat overwork atau yang di Jepang dikenal dengan istilah karoshi. Laporan The Japan Times menyebutkan bahwa Miwa hanya libur dua hari dalam kurun satu bulan.
Miwa ditemukan tak bernyawa oleh temannya di tempat tidur di apartemennya di Tokyo pada Juli 2013. Perempuan itu bergabung dengan NHK sejak 2005, setelah lulus kuliah dari jurusan hukum di Hitotsubashi University.
Sejak Juli 2010, ia ditugaskan meliput hal-hal yang berkenaan dengan pemerintahan metropolitan Tokyo. Dan pada 2013, tepatnya pada Juni, ia bekerja melaporkan pemilihan majelis metropolitan Tokyo. Sementara pada Juli, ia bertugas meliput pemilihan Majelis Tinggi.
Menurut orangtua Miwa, putri mereka sangat sibuk saat itu. Oleh sang ayah, sosok Miwa digambarkan sebagai seorang yang jarang mengeluh. Meski demikian, pria itu tetap saja mengkhawatirkan kondisinya, terlebih setelah ia menerima email dari Miwa pada 27 Juni, satu hari setelah ulang tahun perempuan itu.
"Saya sangat sibuk serta stres dan berpikir untuk berhenti kerja setidaknya satu hari, tapi saya rasa saya harus bertahan," tulis Miwa dalam email-nya.
Sang ibu bercerita bahwa putrinya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dengan tangan menggenggam ponsel. "Mungkin dia ingin menelepon saya. Setiap kali saya memikirkan itu, saya merasa sangat terluka".
Masahiko Yamauchi, seorang pejabat senior di NHK, mengatakan bahwa kematian Miwa adalah "masalah bagi perusahaan itu secara keseluruhan, termasuk sistem ketenagakerjaan dan bagaimana pemilu harus diliput".
Baca Juga
Advertisement
Orangtua Miwa masih tak kuasa menerima kepergian sang putri. "Bahkan sampai hari ini, empat tahun setelahnya, kami tidak bisa menerima kematian putri kami".
NHK pada akhirnya bersedia mengumumkan kepada seluruh karyawan di lembaga penyiaran publik itu -- setelah mendapat tekanan dari pihak keluarga -- bahwa pemicu kematian Miwa adalah karoshi.
Kepada keluarga Miwa, NHK menegaskan bahwa pihaknya tengah mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa karyawan mereka tidak bekerja dalam waktu yang panjang.
"NHK harus melanjutkan program reformasi setelah sepenuhnya menginformasikan seluruh stafnya atas kematian putri kami. Reformasi ini tidak akan pernah sempurna kecuali didasarkan pada penyesalan mendalam atas kematian seorang pekerjanya," ungkap ayah Miwa.
Dalam liputan dua menit tentang kematian Miwa yang ditayangkan News Watch 9 --yang bernaung di bawah NHK-- disebutkan, "Kami memutuskan untuk mengungkap (kematiannya) kepada seluruh karyawan kami dan membagikannya kepada publik agar tidak terulang kembali dan menindaklanjuti kasus ini dengan reformasi".
Fenomena Karoshi
Menurut sebuah survei nasional, seperlima dari angkatan kerja Jepang menghadapi risiko karoshi, mengingat mereka menghabiskan lebih dari 80 jam waktu kerja ekstra setiap bulannya.
Dengan sekitar 2.000 orang per tahun bunuh diri akibat stres terkait pekerjaan, pemerintah Jepang telah mengambil tindakan untuk menangani masalah ini.
Belum lama ini diluncurkan sebuah kampanye yang mendesak para karyawan untuk pulang lebih awal, yakni pada pukul 15.00, pada Jumat terakhir setiap bulannya.
Namun di samping itu fakta lain terkuak bahwa pada Mei lalu lebih dari 300 perusahaan telah melanggar undang-undang ketenagakerjaan.
Karoshi sendiri disalahkan atas kombinasi komitmen pekerja Jepang terhadap tugas dan meningkatnya persaingan untuk mendapat pekerjaan. Sejak beberapa dekade lalu, budaya lembur dan liburan yang singkat telah menjadi fenomena lazim.
Hasil investigasi pemerintah Jepang mengenai karoshi tahun lalu mengungkapkan bahwa staf di 12 persen perusahaan di Jepang menjalani lebih dari 100 jam lembur setiap bulannya.
Adapun karyawan di 23 persen perusahaan di Jepang sedikit bernasib lebih baik karena hanya memiliki 80 jam lembur setiap bulannya.
Angka sebenarnya mungkin lebih buruk lagi, mengingat hanya 1.743 dari 10.000 perusahaan di seluruh Jepang yang dilibatkan dalam investigasi tersebut.
Advertisement