Harga Sama, Isi Saldo Uang Elektronik dari 2 Bank Kok Beda?

Bank Indonesia (BI) memperkirakan jumlah kebutuhan kartu uang elektronik akan mencapai 3 juta kartu.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 07 Okt 2017, 11:30 WIB
Sejumlah kendaraan melintasi tol Semanggi 2, Jakarta, Selasa (14/3). Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR menargetkan seluruh gerbang tol di Indonesia akan menerapkan transaksi pembayaran nontunai. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah wewajibkan seluruh gerbang tol menerapkan transaksi nontunai di akhir Oktober 2017. Sampai pekan pertama Oktober ini, masih banyak masyarakat yang merasa dirugikan dengan aturan tersebut. 

Pengamat kebijakan publik dan perlindungan konsumen Agus Pambagio mempertanyakan perbedaan saldo dana yang didapat saat membeli uang elektronik baru di pintu tol. Saat ini memang beberapa bank, terutama bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), memang menjual uang elektronik (e-money) di gerbang tol. 

Ia melakukan pengujian dengan membeli uang elektronik dari dua bank BUMN yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Dengan nilai pembelian sama yaitu Rp 50 ribu, tetapi saldo dari uang elektronik tersebut berbeda. 

"Bagaimana bisa dua bank, yang saya sudah uji lapangan, memberikan harga kartu yang berbeda. Bank Mandiri harga kartu Rp 50 ribu dana yang ada di kartu Rp 30 ribu sedangkan BRI harga kartu Rp 50 ribu dan dana yang ada Rp 40 ribu," jelas dia dikutip dari akun Facebook-nya, Sabtu (7/10/2017).

Belum lagi, lanjut dia, konsumen seolah dipaksa membeli kartu di tol. Lantaran, fasilitas pengisian saldo di tol minim. "Anehnya pemasaran kartu tersebut memaksa konsumen untuk membeli karena isi ulang kartu di pintu tol ditiadakan, jika saldo berkurang. Jadi konsumen tidak punya pilihan dan dipaksa jadi kolektor kartu plastik. Pantas RI menjadi salah satu penyampah plastik terbesar di dunia," ujar dia.

Dengan kondisi tersebut, dia mengatakan berimbas pada kemacetan panjang di pintu tol. "Akibatnya terjadi kemacetan panjang di GTO. Jadi sekarang melewati tol mana saja harganya naik Rp 10 ribu-Rp 20 ribu," pungkas dia.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan jumlah kebutuhan kartu uang elektronik akan mencapai 3 juta kartu. Hal ini seiring dengan diberlakukannya sistem pembayaran nontunai di seluruh gerbang tol di Indonesia mulai 31 Oktober 2017.

Saat ini jumlah kartu e-money yang beredar di masyarakat sekitar 1,5 juta kartu. Dan angka tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat saat seluruh gerbang tol telah menerapkan sistem nontunai.

"Kami ikuti laporan terakhir itu sudah ada 1,5 juta kartu yang terdistribusi dan kebutuhan kartu itu nanti akan ada di kisaran 3 juta kartu," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo. 

Terkait dengan layanan isi ulang (top up), Agus menyatakan, pihaknya terus mendorong perbankan untuk mempermudah layanan ini. Nantinya semua perbankan diharapkan bisa memberikan layanan top up mobile banking-nya.

"Kami sudah dapat laporan bahwa sudah ada bank yang bisa menyediakan fasilitas pengisian atau top up uang elektronik itu melalui banking online, ya jadi beli di handphone-nya. Dan ini dalam waktu dekat akan diikuti oleh bank-bank yang lain sehingga hal ini akan menjawab kebutuhan kebutuhan dari para pengguna jalan tol," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Transformasi gardu

Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Desi Arryani menyatakan, setiap hari Jasa Marga terus melakukan transformasi gardu-gardu pembayaran tol. Hal ini agar pada 31 Oktober nanti seluruh jalan tol yang dikelalola siap melayani pembayaran nontunai.

"Untuk itu tentunya yang paling penting bagi kami sebagai badan usaha jalan tol, Jasa Marga ingin meningkatkan pelayanan jangan sampai hal ini justru malah membikin macet. Sehingga kami betul-betul menghimbau para pengguna jalan tol untuk senantiasa siap sebelum memasuki jalan tol, siap dengan kartunya dan siap dengan pulsa yang ada di dalam kartunya," tandas dia.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, hingga saat ini, kesiapan sistem dan peralatan di ruas tol di seluruh Indonesia telah mencapai 72 persen. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan akhir tahun lalu.

"Sejauh ini sejauh seperti yang telah disampaikan tadi progres sudah mencapai 72 persen pada tanggal 5 Oktober. Jadi kalau kita bandingkan dengan kondisi di Desember 2016 itu 23 persen, jadi peningkatannya sangat signifikan," ujar dia Jumat kemarin.

Saat ini sejumlah ruas tol telah 100 persen menerapkan sistem pembayaran nontunai. Oleh sebab itu, Herry optimistis pada akhir bulan ini seluruh jalan tol telah siap untuk menerapkan sistem nontunai ini.

"Posisi hari ini sebetulnya ada beberapa ruas yang juga sudah 100 persen seperti di Denpasar, di Bogor Ring Road, itu sudah 100 persen. Beberapa memang masih ada yang harus kita dorong. Namun dengan angka yang 72 persen tadi kami optimistis bahwa pada tanggal 31 nanti akan mencapai 100 persen," kata dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya