Liputan6.com, Jakarta Timnas Italia gagal mengatasi perlawan Makedonia dalam babak Kualifikasi Piala Dunia 2018, Sabtu dini hari WIB (7/10/2018). Bermain di kandang sendiri, di Stadion Olimpico Grande Torino, Gli Azzuri ditahan imbang 1-1.
Atas hasil tersebut, harapan Italia untuk menyalip Spanyol dari puncak klasemen pupus sudah.
Baca Juga
Advertisement
Di pertandingan lain, tim asuhan Julen Lopetegui menang 3-0 atas Albania. Hasil itu membuat Italia terpaut lima angka dari La Furia Roja.
Dengan sisa satu pertandingan di babak kualifikasi, Gianluigi Buffon dan kawan-kawan hanya bisa berharap bisa tampil di babak play off untuk dapat lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Italia harus menunggu hasil laga antara Bosnia melawan Belgia di Grup H yang akan digelar hari ini, Sabtu (7/10/2017). Hasil pertandingan tersebut akan menentukan, apakah Italia masuk dalam daftar delapan runner-up terbaik atau tidak.
Sebab, hanya delapan runner-up terbaik yang akan menjalani laga play-off. Sembari melirik hasil laga tersebut, Italia wajib mencuri poin di kandang Albania di laga terakhir babak kualifikasi. Jika tidak masuk dalam daftar delapan runner-up terbaik di kualifikasi zona Eropa, maka Italia tidak akan tampil di Piala Dunia 2018.
Usai pertandingan melawan Makedonia, para pemain Italia turut berkomentar. Mereka semua menyuarakan kekecewaan dengan beragam ekspresi. Buffon, misalnya, menilai bahwa kegagalan timnya disebabkan oleh hilangnya kepercayaan diri sejak dikalahkan Spanyol 0-3 September lalu.
Selain Buffon, setidaknya ada lima pemain lainnya yang menyampaikan kekecewaan. Berikut komentar mereka.
Davide Zappacosta
Sepanjang babak kedua, terutama saat Makedonia berhasil menyamakan kedudukan lewat Aleksandar Trajkovski di menit 77, fans Italia tak hentinya meneriakkan ejekan kepada para pemain.
Namun menurut bek sayap kanan Davide Zappacosta, fans wajar melakukan hal tersebut.
“Kami akan menganalisis hasil ini bersama pelatih untuk menghindari hasil serupa di pertandingan-pertandingan selanjutnya. Ada kemunduran di kubu kami, dan ejekan memang tidak menyenangkan karena kami inginnya selalu didukung oleh fans kami. Tapi dalam hal ini, mereka layak mengejek kami,” ujar bek anyar Chelsea itu kepada Radio TMW.
Menurut Zappacosta, Timnas Italia bermain cukup baik di babak pertama. Sayangnya, di babak kedua keadaan berubah sebaliknya.
“Ketika kita kebobolan, itu berarti ada sesuatu yang tidak berjalan,” katanya. “Kekalahan adalah bagian dari pekerjaan kami. Kami tidak boleh tertunduk.
Sama seperti halnya kami tidak boleh terlalu bersenang-senang usai memenangkan pertandingan. Kami harus tetap stabil dalam setiap situasi,” Zappacosta menambahkan.
Advertisement
Daniele Rugani
Bek Juventus, Daniele Rugani meyakini bahwa kesalahan terbesar Timnas Italia saat menghadapi Makedonia adalah memperlambat tempo permainan setelah unggul 1-0.
“Sederhananya kami salah karena memperlambat permainan setelah memimpin. Di babak kedua, kami menurunkan tempo, mengalami kemunduran dan akhirnya harus menelan akibatnya,” ujar Rugani, yang masuk di babak kedua menggantikan Andrea Barzagli yang mengalami cedera.
“Itulah yang perlu kami perbaiki ke depan, karena penting untuk selalu bermain dengan intensitas tinggi. Kami perlu untuk tetap bermain ganas walaupun sudah memimpin,” Rugani melanjutkan.
Rugani sendiri turut bersalah dalam terciptanya gol penyeimbang Makedonia yang dicetak Aleksandar Trajkovski di menit 77.
Marco Parolo
Senada dengan Rugani, gelandang Marco Parolo juga menilai bahwa penyebab kegagalan Timnas Italia mengalahkan Makedonia adalah karena tidak mampu menjaga stabilitas permainan di babak kedua.
“Di babak pertama sudah bagus, tapi kami tidak mampu mengulanginya di babak kedua. Kami bermain lebih longgar dan Makedonia berhasil menemukan celah,” ujar gelandang Lazio itu.
Italia harus mencuri poin saat menghadapi Albania di pertandingan terakhir guna memastikan satu tempat di babak play off.
“Kami adalah Italia. Kami harus lolos ke Piala Dunia. Jadi kami akan berangkat ke Albania untuk mencuri poin yang kami butuhkan untuk mencapai babak play-off. Kami memiliki apa yang kami perlukan untuk memperoleh itu,” tandas Parolo.
Advertisement
Andrea Barzagli
Nasib sial berlapis dialami oleh Andrea Barzagli. Selain timnya gagal menang, bek Juventus itu juga mengalami cedera pada laga melawan Makedonia. Barzagli terpaksa ditarik keluar di babak kedua. Ia digantikan oleh rekan setimnya, Daniele Rugani.
“Saya mendapat masalah otot, jadi kami memilih tidak mengambil risiko,” ujar Barzagli kepada Rai Sport. Secara keseluruhan, Barzagli menyimpulkan bahwa timnya bermain buruk dalam laga tersebut.
“Kami tidak dapat mengontrol bola dengan baik di babak kedua dan kelelahan. Begitu juga di babak pertama, ada beberapa momen buruk yang kami tunjukkan,” ucapnya.
Giorgio Chiellini
Bek Juventus, Giorgio Chiellini termasuk salah satu pemain Italia yang paling kecewa. Betapa tidak, ia sudah susah payah memecahkan kebuntuan jelang turun minum, tapi di babak kedua, timnya malah mengendurkan permainan, hingga akhirnya golnya disamakan oleh Makedonia lewat Aleksandar Trajkovski.
“Begitu kami memecahkan kebuntuan, kami seharusnya bisa mengontrol permainan lebih baik. Apalagi Makedonia tidak berbahaya sama sekali selama 75 menit pertama. Kami seharusnya bisa mengontrol permainan,” ujar bek berusia 32 tahun itu.
Atas penampilan buruk timnya, Chiellini tidak membela diri atas ejekan dari para fans. Menurutnya, fans pantas marah. “Kami mengerti mereka kecewa. Tapi dalam momen yang lain, mereka akan tetap bersama kami,” tutup Chiellini. (Abul Muamar)
Simak video menarik berikut ini:
Advertisement