Masa Depan Hubungan RI-Singapura Menurut Menlu Negeri Singa

Takdir yang membuat Indonesia dan Singapura bertetangga, namun menjadi sahabat akrab adalah pilihan kedua negara.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 08 Okt 2017, 09:12 WIB
Menteri Luar Negeri Singapura, Dr Vivian Balakrishnan saat menerima peserta Indonesia Journalist Visit Programme (IJVP) (Liputan6.com)

Liputan6.com, Singapura - Tahun 2017 menandai peringatan emas 50 tahun persahabatan Indonesia dan Singapura. Hubungan ini berawal sejak 7 September 1967, ketika Menlu RI Adam Malik dan koleganya S. Rajaratnam secara resmi mengawali hubungan diplomatik kedua negara.

Lima puluh tahun hubungan Indonesia-Singapura  diwarnai banyak dinamika, dari isu perbatasan, masalah kabut asap, hingga protes mengenai penamaan kapal perang RI.

Namun, seperti yang dikatakan Presiden RI Joko Widodo, takdir yang membuat Indonesia dan Singapura bertetangga, namun menjadi sahabat akrab adalah pilihan kedua negara.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Singapura, Dr Vivian Balakrishnan mengatakan, dalam 50 tahun terakhir, terjalin hubungan yang luar biasa antar kedua negara, yang dicirikan oleh ikatan politik yang erat, investasi ekonomi dan perdagangan yang terus tumbuh, juga oleh hubungan antar-warga yang kian menguat.

"Ada banyak alasan mengapa kita harus melakukan banyak hal, investasi dalam bidang infrastruktur, menciptakan banyak lapangan kerja, mencari peluang kerja sama baru," kata dia kepada peserta Indonesia Journalist Visit Programme (IJVP).

Singapura adalah investor terbesar di Indonesia. Pada Juli 2017, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, Penanaman Investasi Asing (PMA) terbesar berasal dari Negeri Singa, yakni senilai US$ 3,66 miliar atau Rp 48,69 triliun.

"Kami juga melakukan banyak hal di Kendal, dekat Semarang, juga meningkatkan misi kami di Medan," kata Menlu Balakrishnan. Singapura tengah membangun kawasan industri Kendal atau Industrial Park, di Jawa Tengah.

Presiden Joko Widodo bersama dengan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong meresmikan Kawasan Industri Kendal (KIK) di Jawa Tengah pada Senin (14/11/2016).

Tak hanya itu, pada 29 Agustus 2017, status Konsulat Singapura di Medan ditingkatkan menjadi Konsulat Jenderal (Konjen) Singapura. Beberapa hari kemudian hal serupa dilakukan pada misi diplomatik di Batam.

Menlu Singapura berharap, dalam 50 ke depan, hubungan negaranya dengan Indonesia kian erat. "Untuk 50 tahun yang akan datang, Indonesia diharapkan berkembang, mencapai banyak hal," kata dia. "Singapura berharap Indonesia bisa sukses, lebih stabil dan sejahtera."

Politisi People's Action Party (PAP) tersebut mengatakan, kesuksesan Indonesia akan berdampak baik bagi Singapura dan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Saat ini saja, Menlu Balakrishnan menambahkan, kepemimpinan Indonesia di ASEAN, dengan memperlakukan semua negara sejajar dan sama pentingnya, menjadi kunci sukses bagi organisasi kawasan tersebut.

Di sisi lain, mantan dokter ahli mata itu mengaku, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia dan Singapura. Terutama soal birokrasi dan sejumlah aturan, misalnya pajak berganda.

Dia mencontohkan Batam, yang memiliki dualisme kepemimpinan, yakni Pemko Batam dan Badan Pengusahaan (BP) Batam.

"Ibaratnya, Anda membuat sesuatu di Batam, lalu mengirimnya ke Jakarta, pajaknya lebih tinggi dari pada Anda membuat barang di Hanoi dan mengirimnya ke Jakarta," kata dia.

Presiden RI Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana dan PM Singapura Lee Hsien Loong dan istrinya Ho Ching menyaksikan manuver F16 Angkatan Udara Singapura dan F16 TNI-AU di Marina Bay Cruise Center di Singapura, Kamis (7/9). (AFP Photo/Roslan Rahman)

Meski demikian, Balakrishnan mengaku optimistis di masa depan, RI-Singapura bisa mengatasi apapun perubahan yang terjadi.

"Karena potensi  dari kerja sama lebih besar dari perbedaan yang kita hadapi." kata dia. "Saya percaya semuanya berada di jalur yang benar."

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya