Ortu Abaikan Emosional Anak Bakal Pengaruhi Dewasanya

Pengabaian orangtua atas kondisi emosional anak ternyata memiliki efek jangka panjang.

oleh Melly Febrida diperbarui 09 Okt 2017, 08:30 WIB
Pengabaian orangtua atas kondisi emosional anak ternyata memiliki efek jangka panjang.

Liputan6.com, Jakarta Jangan abaikan perasaan anak-anak semasa kecil. Kejadian kecil yang melukai emosional anak semasa kecilnya memiliki efek luar biasa ketika ia tumbuh dewasa. Orangtua (ortu) harus peka dengan perasaan anaknya.

Psikolog Klinis Jonice Webb, PhD, menjelaskan pengabaian emosional merupakan kegagalan orang tua dalam merespons kebutuhan anaknya. Karena itu adalah kegagalan orangtua untuk bertindak, dibandingkan tindakan orangtua.

Webb memberikan dua pertanyaan. "Pertama, saya ingin Anda memikirkan satu peristiwa yang terjadi kemarin. Bisa jadi apa saja, besar atau kecil, hanya sesuatu yang terjadi.

"Kedua, saya ingin Anda memikirkan sesuatu yang tidak terjadi kemarin," tulisnya di YourTango, dilansir Senin (9/10/2017).

"Dugaan saya adalah bahwa permintaan kedua sedikit lebih sulit daripada yang pertama. Itu karena otak kita merekam kejadian sebagai kenangan. Hal-hal yang gagal terjadi tidak diperhatikan, tak terlihat, dan tidak terungkap," katanya menjelaskan.

Webb mengatakan, manusia telah lama menyadari fakta apa yang terjadi di masa kanak-kanak memiliki efek luar biasa saat dewasa. Dan apa yang tidak terjadi di masa kanak-kanak memiliki efek yang sama atau lebih besar.

Pengabaian emosional bisa dalam berbagai bentuk. Bisa sangat halus, sehingga 50 orang tak bisa melihatnya dan tidak peduli.

Webb mencontohkan sebuah kasus, teman-teman Joey mengomelinya di lapangan sepak bola pada suatu hari sehingga Joey merasa sedih saat pulang sekolah. Orang tua Joey tidak memperhatikan kesedihan anaknya.

"Tidak ada yang mengatakan, "Joey kamu baik-baik saja?" Atau "Apakah ada sesuatu yang terjadi di sekolah hari ini?" Sepertinya tidak ada yang memperhatikan bada sesuatu yang salah."

Lantas bagaimana kejadian seperti ini bisa merusak anak, meninggalkan bekas luka yang menetap hingga dewasa?

Webb menjelaskan, agar anak tumbuh dengan perasaan dirinya yang utuh dan nyata, sesuai dengan dirinya, dan kemampuannya, anak harus mendapat cukup perhatian, pengertian, dan penerimaan emosinya dari orangtuanya.

Apabila orangtua kurang memerhatikan area emosional ini, anak akan tumbuh dengan perasaan tidak lengkap serta kurang memiliki keterampilan, dan mengenal dirinya dan peduli dengan dirinya. Itu semua sangat diperlukan untuk berkembang sepenuhnya.

Saksikan juga video menarik berikut ini:


Terjadi Berulang dan Mendalam

Jangan abaikan kondisi emosional anak.

Webb mengatakan apabila kejadian Joey itu berulang dan cukup mendalam, tapi Joey tak mendapat perhatian dan tanggapan dari orangtuanya, maka akan ada lubang dalam pertumbuhan emosionalnya.

Joey mungkin saja merasa perasaannya tidak relevan, tidak penting, atau bahkan memalukan dan tak bisa diterima.

"Sebagai seorang psikolog, saya telah berkali-kali melihat kegagalan halus orangtua di masa kanak-kanak membuatnya menjadi orang dewasa dengan perasaan yang tidak lengkap, kosong, tidak terpenuhi, atau bahkan mempertanyakan tujuan,dan nilainya sendiri."

Hal ini akan menjadi sulit ketika anak yang sudah dewasa dan merasa terabaikan secara emosional melihat masa kecilnya untuk mencari tahu penjelasan.

"Saya telah mendengar banyak orang yang secara emosional terabaikan berkata, "Saya memiliki masa kanak-kanak yang luar biasa. Saya tidak dianiaya. Orangtua saya mencintai saya dan memberi saya rumah, pakaian, dan makanan yang bagus. Jika saya tidak bahagia, itu salah saya sendiri. Saya tidak punya alasan. "

Selain menyalahkan diri sendiri, aspek lain dari terabaikannya emosional saat kecil adalah tumbuh dengan titik buta saat emosi, emosi dengan diri mereka sendiri dan juga emosi dengan orang lain.

Dan ketika anak-anak yang emosinya terabaikan sudah menjadi orangtua, mereka tidak menyadari emosi anak-anak mereka sendiri, dan mereka membesarkan anak-anak mereka dengan blind spot yang sama. "Dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya, melalui generasi demi generasi.

"Orangtua perlu tahu betapa pentingnya memberi respons yang cukup terhadap kebutuhan emosional anak-anak mereka dan mengerti bagaimana melakukannya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya