Liputan6.com, Jambi Anggota MPR RI, M.Syukur dan Akhmad Muqowwam, Kepala Biro Humas MPR, Siti Fauziah, serta Kepala Bagian Pemberitaan, Rharas Esthining Palupi ,hadir di Pagelaran Seni Kuda Lumping di Lapangan Desa Meranti, Kecamatan Renah Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi, Sabtu (7/10/2017) malam. Kunjugan yang ditujukan dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar itu disambut tarian penyambutan tamu, silat, dan pantun dalam adat Jambi.
Dalam pagelaran yang baru digelar pertama kalinya tersebut, tampil 25 kelompok seni dari empat kecamatan di Merangin yang menampilkan kuda lumping, reog, dan jaipong. Di Merangin sendiri ada 24 kecamatan.
Advertisement
Kesenian tradisional kuda lumping di Merangin ini cukup pesat. Kesenian ini kerap tampil dalam acara pernikahan, khitanan dan acara besar lainnya. Kuda lumping, reog dan jaipong dibawa oleh para transmigran dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang sudah bermukim sejak 1980 untuk menjadi petani karet dan kelapa sawit. Hingga kini, kesenian ini tetap dipertahankan meski mereka sudah merantau ke Jambi.
Syukur mengatakan, acara pagelaran seni tersebut juga berdampak pada ekonomi kreatif di Pamenang. Menurutnya, dari beragam suku dan budaya di Merangin, tetap satu Indonesia.
Syukur melanjutkan, perbedaan tersebut melahirkan kebersamaan untuk mewujudkan Indonesia Satu. Juga mewujudkan salah satu dari Empat Pilar dalam kegiatan ini, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu, Merangin tumbuh dengan rasa kebhinnekaan. Tumbuh rasa kebersamaan tanpa membedakan suku dan agama."Di kecamatan Pamenang ini banyak keturunan Jawa, tapi ini bicara soal Merangin. Siapapun di sini adalah orang Merangin, yang berbeda hanya keturunannya. Tapi semangat, rasa kebersamaan, dan rasa persatuan semakin terwujud sebagai anak bangsa," ujarnya.
Syukur berharap, ke depannya masyarakat Merangin akan tumbuh menjadi daerah yang dewasa dan matang, seiring dengan pembangunan yang berkembang.
Turut hadir pada pagelaran tersebut Akhmad Muqowwam, anggota MPR dari Kelompok DPD yang juga Ketua Pansus Undang-undang Desa DPD. Ia mengatakan, setelah reformasi, MPR mendapatkan banyak tuntutan agar melakukan tugas konstitusi dalam sosialisasi Empat Pilar.Menurut Akhmad, kuda lumping adalah bentuk refleksi, ekspresi, dan jiwa yang diungkapkan masyarakat, selain ragam budaya lain seperti, reog, jaipong, atau wayang kulit.
Siti Fauziah, Kepala Biro Humas MPR yang turut hadir mengatakan, MPR menggelar acara pagelaran seni tersebut dalam rangka melakukan sosialisasi Empat Pilar yang mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika dan merupakan perwujudan NKRI, dari beragamnya penampilan budaya.
Menurutnya, ini merupakan langkah konkret dari MPR untuk mengangkat dan melestarikan kesenian yang digemari masyarakat dan banyak generasi muda yang tidak mengetahuinya.
"Ini merupakan bagian dari melestarikan kebudayaan daerah. Selain dalam bentuk pentas budaya MPR juga melaksanakan sosialisasi dengan berbagai metode, yaitu TOT, FGD, Seminar, Lomba Cerdas Cermat, Empat Pilar, kemah 4 Pilar, Bela Negara, dan lainnya sebagai agenda tetap," ucap Siti.
Kepala desa Meranti, Sukasno, menyampaikan terima kasih karena sudah diingatkan oleh Empat Pilar mengenai Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan RI. "Ini momen jarang ditemukan, kami sudah diingatkan kembali dengan sapaan sosialisasi yang sangat berharga bagi masyarakat di desa Meranti, " kata dia.
Syukur sempat diminta naik di kepala reog Singo Hudoyo dan diarak di depan panggung. Hujan yang sempat mengguyur desa Meranti tidak menyurutkan antusias masyarakat untuk menyaksikan acara.
Ia juga diberikan blangkon dari Ketua Paguyuban Budaya Merangin. Sebagai bentuk kepedulian pada kesenian daerah, Syukur memberikan dana binaan kepada kelompok kesenian dari beberapa kecamatan Merangin.(*)