Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Senin pekan ini. Pelaku pasar sedang mencermati kondisi di Korea Utara.
Mengutip Bloomberg, Senin (9/10/2017), rupiah dibuka di angka 13.511 per dolar AS, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.519 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.947 per dolar AS hingga 13.514 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah tertekan 0,19 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.504 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.485 per dolar AS.
Dolar AS memang cukup stabil di Asia pada perdagangan di awal pekan ini. Pelaku pasar sedang menimbang risiko global dari ketegangan geopolitik karena diperkirakan Korea Utara sedang mempersiapkan uji coba rudal lagi.
Baca Juga
Advertisement
Korea Utara sedang mempersiapkan uji coba peluncuran rudal jarak jauh yang diyakini dapat mencapai pantai barat Amerika Serikat.
Pada perdagangan Jumat kemarin, dolar AS turun dari level tertinggi usai terus menerus mencetak rekor tertinggi. Head of trading Asia-Pacific Oanda, Singapura, Stephen Innes, menjelaskan aksi ambil untung juga menjadi salah satu penekan dolar AS.
"Kondisi di Asia sedang terombang-ambing. Pelaku pasar sedang melihat apa yang bakal terjadi dengan Korea Utara," jelas dia dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, pada Minggu kemarin bahwa pemerintahannya mendukung penuh sikap Amerika Serikat dalam menekan Korea Utara atas program senjata nuklirnya. Abe juga mengatakan bahwa semua opsi dapat dipertimbangkan.
Dalam sesi debat antar pemimpin partai politik Jepang yang disiarkan di televisi pada Minggu kemarin, Abe mengatakan, Korea Utara telah gagal memenuhi janjinya pada waktu lalu untuk menghentikan pengembangan teknologi nuklir dalam pembicaraan "enam negara" dengan Jepang, China, Amerika, Rusia dan Korea Selatan. Demikian seperti dikutip dari VOA News Indonesia.
"Mereka menggunakan masa pembicaraan dan dialog sebagai kesempatan untuk mengembangkan teknologi nuklir," kata Abe.
"Sebagai akibatnya, kemampuan nuklir mereka telah mencapai tingkat yang sekarang dan kita tidak dapat lagi membiarkan Korea Utara menipu kita lagi."
Meski begitu, Abe tidak menanggapi kicauan Presiden AS Donald Trump akhir pekan ini mengenai Korea Utara.
Trump mengatakan, 25 tahun perundingan tidak memberi hasil, di mana "persetujuan sudah dilanggar sebelum tintanya kering, yang membuat perunding Amerika kelihatan bodoh. Maaf, hanya satu hal yang akan berhasil," mengindikasi opsi militer sebagai satu-satunya cara.