Kemenpar Gelar Tiga Konser Crossborder di Perbatasan Atambua

Kemenpar Gelar Tiga Konser Cross Border di Perbatasan Atambua

oleh Cahyu diperbarui 09 Okt 2017, 15:00 WIB
Kemenpar Gelar Tiga Konser Cross Border di Perbatasan Atambua

Liputan6.com, Atambua Terinspirasi kesuksesan Slank, Cokelat, dan Jamrud mengadakan konser crossborder di perbatasan Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tak mau berhenti menarik wisatawan mancanegara (wisman) Timor Leste.

Menggandeng Kefa Music Community (KAMY), konser crossborder kembali digelar di tiga pintu masuk di sekitar Atambua, yakni Haumeni Ana (5 Oktober 2017), Napan (7 Oktober 2017), dan Wini (16 Oktober 2017).

Konser tersebut semakin memantapkan Atambua sebagai Kota Konser Crossborder. Baru digelar di dua lokasi saja, sudah mampu menarik 2000-an penonton dan ratusan wisatawan datang dari negeri Timor Leste.

Sekretaris Dinas Pariwisata Timor Tengah Utara (TTU), Yohanesm mengatakan bahwa sejak pukul 09.00 WIT, penonton telah menantikan band rock Brothers Band dan Timor Band yang sudah terkenal di NTT. Mereka datang dari seluruh penjuru desa dan juga dari negara tetangga Timor Leste melalui Pos Lintas Batas Negara di Wini yang ditempuh hanya dalam waktu 30 menit menggunakan kendaran bermotor.

"Apresiasi kami untuk Kementerian Pariwisata yang terus bekerja keras mewujudkan Atambua sebagai kota konser crossborder. Even ini juga sangat berarti secara ekonomi. yang memberikan pendapatan bagi masyarakat sekitar dan menggerakkan roda ekonomi bagi warga setempat, sekali lagi terima kasih," ujar Yohanes, Sabtu (7/10/2017).

Sebelum konser dimulai, Tari Tebe, yang merupakan tarian khas NTT diperagakan masyarakat setempat bersama para band penampil. Kemudian, hentakan musik dari Brothers Band membuat penonton mulai berduyun-duyun maju ke depan panggung. Semua terlihat enjoy menikmati alunan musik dari band daerahnya.

Tanpa henti Brothers Band membuat penonton nampak sangat menikmati 11 lagu yang dibawakannya. Begitu juga dengan Timor Band, grup yang sudah senior di NTT ini membuat penonton semakin bersemangat, apalagi saat membawakan musik-musik rock.

"Halo warga Atambua, Kupang, Haumeni Ana, juga Timor Leste, kita semua bersaudara, selamat datang, salam Wonderful Indonesia," ucap Charles, sang vokalis kepada penonton. Kemenpar pun merasa senang dengan pelaksanaan Konser Crossborder ini karena daerah mulai memahami potensi yang dimilikinya dengan berani menampilkan musisi-musisi dari daerahnya sendiri. "Even ini sukses menghibur masyarakat. Ternyata juga bisa mendatangkan wisatawan mancanegara dari Timor Leste," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, didamping Kepala Bidang Promosi Wisata Buatan Kemenpar, Ni Putu G. Gayatri.

Esthy akan terus mendorong destinasi crossborder sebagai pasar potensial di daerah perbatasan, termasuk NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Event berskala internasional terus digenjot dan didukung penuh untuk mendatangkan wisatawan, demi target 20 juta wisman pada 2019.

Gayatri menambahkan, strategi yang akan dilakukan terkait crossborder tourism adalah membuka direct route ke beberapa daerah pariwisata yang banyak diminati, serta mempermudah regulasi di setiap Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Terlebih lagi, di NTT terdapat PLBN yang sangat potensial untuk menggoda wisman Timor Leste datang ke Indonesia. "Ada tiga pintu masuk yang potensial di area perbatasan, yaitu PLBN Motaain, Motamasin, dan Wini, sudah pasti akan banyak wisman masuk, tentu butuh koordinasi dengan pihak terkait," ujarnya.

Hingga bulan Desember nanti, imbuh Gayatri, Kementerian memiliki beberapa kegiatan yang akan dilakukan setiap bulan. Hal itu untuk tetap mempertahankan kota Atambua sebagai kota festival. Sudah ada komitnem dari Bupati TTU bahwa Atambua kota festival dan Kemenpar siap memfasilitas membantu keterbatasan daerah.

Menteri Pariwisata Arief Yahya pun mengapresiasi kesuksesan crossborder dengan mengadakan konser-konser yang mendatangkan wisman asal Timor Leste. Mantan Dirut Telkom itu menyebut jika bahasa musik merupakan bahasa universal yang bisa dinikmati siapa saja. “Kuncinya adalah musik, seni-budaya, dan kuliner ini untuk menggaet pasar negara tetangga,” ucapnya.(*)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya