Ahmad Basarah: MENWA Pelopori Gerakan Kampus Benteng Pancasila

Ketua Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Ahmad Basarah mengatakan pemuda memiliki peranan strategis dalam sejarah terbentuknya negara.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 09 Okt 2017, 15:36 WIB
Ketua Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Ahmad Basarah mengatakan pemuda memiliki peranan strategis dalam sejarah terbentuknya negara.
Liputan6.com, Jakarta Ketua Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Ahmad Basarah mengatakan pemuda dalam sejarah terbentuknya bangsa dan negara Indonesia memiliki peran strategis.
 
"Sebagai sebuah bangsa, tonggak sejarahnya adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sedangkan sebagai sebuah negara bangsa, maka kita bisa melihat bagaimana peran strategis para pemuda dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia pada waktu itu. Tidak berhenti di sini, pemuda juga turut  andil dalam upaya mempertahankan NKRI dari rongrongan pemberontakan di dalam negeri pada awal kemerdekaan. Hal itu membuktikan bahwa pemuda tidak boleh absen dalam upaya mengawal negara,  khususnya dlm memastikan Pancasila sebagai satu- satunya ideologi yg cocok dan sesuai dgn kepribadian bangsa yg harus terus dilestarikan," ungkap Basarah, pada pidato penutupan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di hadapan Resimen Mahasiswa se-Provinsi Lampung, Minggu (8/10).
 
Basarah melanjutkan bangsa Indonesia saat ini menghadapi dua gelombang persaingan ideologi dunia atau transnasional yaitu fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama.
 
"Realitanya, pemuda Indonesia kini menjadi korban dari gaya hidup konsumtif dan hedonis yg ditawarkan oleh kaum liberalisme sbg pendukung utama fundamentalisme pasar. Sementara di sisi yg lain, kaum fundamentalisme agama tlh berhasil merekrut anak-anak muda Indonesia utk menjadi pelaku terorisme," imbuhnya.
 
Untuk itulah, lanjut Basarah, MPR menyosialisasikan nilai-nilai Empat Pilar MPR RI seperti Pancasila, UUD NRI tahun 1945 dan Tap MPR, NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika ke seluruh penjuru Indonesia termasuk kalangan pemuda dan pelajar, agar mereka memiliki daya tahan ideologis menghadapi infiltrasi ideologi-ideologi asing. 
 
Basarah juga meminta anak-anak muda Indonesia agar hati-hati dengan praktek politik devide et impera, politik adu domba. Jangan sampai salah menganalisa musuh bangsa.
 
"Musuh kita adalah kelompok yang hendak mengganti Ideologi Pancasila dengan ideologi-ideologi lainnya. Sehingga, sangat tidak tepat jika kita memusuhi saudara-saudara sebangsa hanya karena berbeda suku, agama, ras dan golongannya. Salah satu ancaman besar terhadap generasi muda Indonesia adalah bentuk-bentuk gerakan radikalisme agama yang masuk ke lingkungan kampus dengan menawarkan paham-paham yang tidak sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Seluruh elemen masyarakat harusnya sudah meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya ini, tutur mantan aktivis GMNI ini. 
 
Oleh karena itu, Resimen Mahasiswa punya tugas sejarah dan tugas ideologis penting untuk mengawal, mengamankan dan menyebarluaskan ideologi Pancasila dengan mempelopori “Gerakan Kampus Sebagai Benteng Pancasila”  bersama-sama dengan elemen pemuda lainnya.
 
“Pemudalah yang harus berada di depan, pemudalah yang memegang obor untuk mencegah paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila agar tidak masuk ke dalam kampus. Sehingga, masa depan pendidikan dan nasib generasi penerus bangsa Indonesia ke depan tidak berada di jalan yang salah”, pungkas Basarah yang juga anggota Komisi III DPR ini.
 
(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya