Ramalan Baru: Kiamat Dimulai pada 15 Oktober 2017

Peramal yang gagal memprediksi kiamat 23 September 2017 kembali muncul. Ia menawarkan prediksi baru, 15 Oktober 2017.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 10 Okt 2017, 12:00 WIB
Ilustrasi semburan sinar gamma (gamma-ray burst, GRB) dari suatu supernova yang sedang akan mati. (Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, California - Ahli numerologi, David Meade, sempat membuat sebagian penduduk Bumi ketar-ketir gara-gara ramalan kiamat 23 September 2017 yang ia gembar-gemborkan. Bahkan, salah satu saluran televisi di California, tiba-tiba memotong acara yang tengah berlangsung dengan sebuah peringatan tentang kehancuran dunia.

Namun, ramalan itu terbukti gagal total. Kiamat tak terjadi, Bumi tak lantas hancur, kehidupan pun berjalan seperti biasa.

Meski demikian, mengutip Indi.100 yang melansir Daily Record pada Selasa (10/10/2017), sang peramal kiamat 23 September 2017, David Meade, bersikeras, tanggal itu "hanyalah" permulaan kehancuran Bumi -- yang bertepatan dengan 33 hari sejak Gerhana Matahari 21 Agustus lalu.

"Justru 23 September itu penanda, dan puncak dari kehancuran akan dimulai pada Minggu, 15 Oktober mendatang," kata Meade.

Dia bersikeras, kiamat di Bumi terjadi tidak secara serentak. "Namun, selama tujuh tahun berturut-turut, akan ada tsunami, banyak gempa dan badai dari tanggal 15 Oktober," kata dia. 

"Semua terjadi bersamaan hampir di tiap kesempatan sebelum akhirnya dunia hancur tujuh tahun kemudian," lanjutnya.

Meade percaya bahwa seluruh peristiwa alam itu dipicu oleh Planet Nibiru yang misterius. Planet itu konon akan melewati Bumi dan memicu sejumlah bencana alam termasuk erupsi gunung berapi.

Meade berkata, gempa di Meksiko, banjir di Texas, dan badai di Karibia serta Florida berhubungan dengan planet itu.

Kesengsaraan, kata dia, juga akan melibatkan perang nuklir antara AS serta sekutunya melawan Rusia, China, Iran dan Korea Utara.

"Itu semua adalah awal, sejak Great American Solar Eclipse pada 21 Agustus 2017, kita dilanda serangkaian bencana yang berkelanjutan."

Belum selesai dengan teori Nibirunya, Meade juga mengklaim sebuah asteroid bernama Wormwood, yang setidaknya berdiameter 3 kilometer dan melekat pada "bidang puing-puing sistem bintang Planet X" akan mencapai Bumi dalam tujuh tahun mendatang.

"Asteorid itu akan melibatkan kejadian iklim yang mengerikan yang berkaitan dengan Planet X."

Ia menyebut, efeknya, badai matahari akan melumpuhkan jaringan listrik. "Kerusuhan dan penjarahan akan tidak terkendali .... masyarakat akan kacau balau," begitu ramalan kiamat menurut Meade.


Omong Kosong Planet Nibiru

Teori tentang Nibiru berkali-kali ditentang NASA. Badan Antariksa AS itu mengatakan, Nibiru atau Planet X adalah bualan semata.

Meski demikian, pada 21 Januari 2016, ada sekelompok peneliti asal Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka punya bukti kuat ada planet ke-9 di tata surya. Planet tersebut mengorbit jauh dari Pluto.

Kelompok ilmuwan dari Insititut Teknologi California (Caltech) menyebut meski ada bukti kuat mereka saat ini belum bisa melakukan observasi secara langsung.

Walau begitu, dugaan mereka muncul dari penglihatan pergerakan sejumlah objek angkasa luar. Mereka pun menyatakan jika benar, planet ke-9 ini luasnya akan lebih dari 10 kali massa Bumi.

Planet ke-9 ini dianggap "pengganti" Pluto yang diturunkan statusnya pada 2006 oleh International Astronomical Union menjadi planet kerdil atau dwarf planet.

Pada awalnya, tim dari Caltech membantah Planet ke-9 sebagai planet tersembunyi.

"Meski mula-mula kami skeptis terkait eksistensi planet seperti itu. Tapi saat kami menginvestigasi orbitnya yang berada di bagian luar tata surya, kami menjadi kian yakin bahwa ia ada di sana," Profesor astronomi Caltech, Mike Brown, yang terkenal sebagai 'pembunuh Pluto (Pluto Killer) dan koleganya, Konstantin Batygin, mengumumkan temuan itu di Astronomical Journal, awal Januari 2016 lalu.

"Untuk kali pertamanya dalam 150 tahun, ada bukti yang kuat bahwa sensus planet dalam tata surya sudah komplet."

Dijuluki 'Planet Nine,' benda astronomi itu diperkirakan memiliki massa 10 kali Bumi dan mengorbit matahari 20 kali lebih jauh dari Neptunus.

Ilustrasi 'planet kesembilan' yang masih tinggalkan bongkahan misteri. | via: NASA/JPL-Caltech

Jarak Neptunus ke Matahari sekitar 4,5 miliar kilometer. Itu berarti sekali mengorbit Matahari, planet baru tersebut membutuhkan waktu 10 ribu sampai 20 ribu tahun.

Masalahnya, hingga berita ini diturunkan, belum ada manusia yang benar-benar melihat langsung Planet Nine, baik melalui teleskop maupun metode lain.

Di lain pihak, NASA belum mengonfirmasi keberadaan planet tersebut. Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut menyebut 'Planet Nine' sebagai 'Planet X' --namun bukan Nibiru.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan dengan yakin bahwa apa yang kita sebut sebagai 'Planet X' benar adanya," kata pejabat NASA, Jim Green.

Penemuan Planet 9 ini berdasarkan orbitnya yang mengelilingi Matahari. Planet itu dianggap 'sejalan' dengan orbit Neptunus. Hanya saja Neptunus memiliki orbit tunggal selama 165 tahun, namun Planet 9 ini 20.000 tahun.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya