Gunung Karangetang Semburkan Asap Belerang Setinggi 200 Meter

Selain semburkan asap belerang, di Gunung Karangetang juga terdeteksi gempa yang konstan.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 10 Okt 2017, 15:32 WIB
(Yoseph Ikanubun/Liputan6.com)

Liputan6.com, Manado - Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, mengembuskan asap mengandung belerang (solfatara) setinggi 200 meter dari puncak kawah.

"Ini adalah aktivitas alami. Hingga saat ini status Gunung Karangetang masih waspada level II," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang Yudi Tatipang di Manado, Selasa (10/10/2017), dilansir Antara.

Dia menambahkan, aktivitas kegempaan gunung dengan ketinggian 1.784 meter di atas permukaan laut tersebut masih berfluktuasi. Pada periode pengamatan 9 Oktober 2017, terekam gempa harmonik sebanyak satu kali dengan amplitudo sembilan milimeter, diikuti dengan fase banyak satu kali dengan amplitudo lima milimeter.

Selanjutnya, gempa vulkanik dangkal sebanyak empat kali dengan amplitudo lima milimeter, serta gempa vulkanik dangkal satu kali dengan amplitudo 40 milimeter.

Begitu pun dengan gempa tektonik lokal, sebanyak satu kali dengan amplitudo 52 milimeter, gempa tektonik jauh sebanyak 12 kali dengan amplitudo 15-52 milimeter, dan tremor terus-menerus dengan amplitudo 0,25-1,0 milimeter.

"Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 1,5 kilometer dari kawah aktif dan perluasan ke sektor selatan, tenggara, barat dan barat daya sejauh 2,5 kilometer," kata Yudi.

Nyala Api Samar-Samar

Sebelumnya, Gunung Karangetang terpantau menggeliat tiga bulan lalu. Pada Juni lalu Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro naik status menjadi waspada.

"Secara visual gunung terlihat jelas, kabut 0-I, hingga kabut 0-III. Asap kawah bertekanan sedang hingga kuat teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 250 m di atas kawah puncak. Juga ada sinar api sama-samar," kata Yudia Prama Tatipang, petugas pengamat Gunung Karangetang, kala itu.

Yudia mengungkapkan, dari visualisasi serta data-data kegempaan maupun aktivitas lainnya, disimpulkan bahwa gunung setinggi 1.784 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu naik ke level dua atau waspada.

"Oleh karena itu, masyarakat di sekitar Gunung Karangetang, termasuk pengunjung atau wisatawan, tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 1,5 km dari kawah aktif dan perluasan ke sektor Selatan, Tenggara, Barat dan Barat daya sejauh 2,5 km," ujar dia.

Dia menambahkan, warga juga harus mewaspadai guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi sewaktu-waktu dari material hasil erupsi 2015 karena kondisinya belum stabil dan mudah runtuh, terutama ke sektor selatan, tenggara, barat dan barat daya.

"Untuk masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang, selama musim hujan agar mewaspadai ancaman lahar hujan dan banjir bandang, terutama di sepanjang bantaran Kali Batuawang hingga ke pantai," ucap Yudia.

Selain Gunung Karangetang dan Gunung Soputan, satu lagi gunung berapi aktif di Sulawesi Utara adalah Gunung Lokon di Tomohon.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 


Terjangan Lahar Dingin

(Yoseph Ikanubun/Liputan6.com)

Dampak aktivitas Karangetang relatif parah pada setahun sebelumnya lagi, yakni pada Juni 2016. Hantaman lahar dingin dari Gunung Api Karangetang di Sulawesi Utara pada Selasa, 21 Juni 2016 menimbun kawasan Batuawang, Kelurahan Bebali, Kecamatan Siau Timur (Sitim), Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).

Akibatnya, ruas jalan yang merupakan akses utama kecamatan Siau Timur–Siau Barat terputus. Di lokasi kejadian, material seperti bebatuan serta pasir bercampur lumpur menutupi badan jalan. Tak hanya itu, beberapa batang pohon berukuran besar juga terseret arus air yang mengalir deras.

"Ada beberapa lokasi yang mengalami bencana, baik lahar dingin, longsor, maupun banjir rob. Makanya kami terus mobile dengan kantor pusat sembari memantau kondisi lapangan," kata petugas reaksi cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro Recky Dapamanis.

Recky menuturkan, kejadian berawal saat curah hujan yang mengguyur wilayah Siau dan sekitarnya terus meningkat sejak Senin malam, 20 Juni 2016. Selasa, 21 Juni 2016 sekitar pukul 11.30 Wita, tumpukan material mulai terjadi di sekitar jembatan Batuawang.

Tak lama berselang, intensitas hujan terus meningkat, sehingga material yang turun dari gunung pun semakin banyak dan akhirnya meluap ke badan jalan.

"Karena lokasinya agak jauh dari permukiman warga, yang rusak adalah akses utama jalan," ujar Recky.

Tak hanya jalan, dua jembatan penghubung antarkampung masing-masing yang berada di Kampung Kinali dan Kampung Kiawang Kecamatan Siau Barat Utara (Sibarut) juga putus akibat diterjang lahar dingin. Akibatnya, wilayah Siau Barat Utara itu terisolasi.

Seperti disampaikan Kapitalau atau Kepala Kampung Kinali Charles Dauhan. "Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, kami telah mengevakuasi sedikitnya 23 KK dari Lindongan II Kampung Kinali," tutur Charles.

Sementara itu, Kapitalau Kiawang, Loly Humampi menyebut, selain terputusnya jembatan, hantaman lahar dingin juga menyebabkan sejumlah perahu milik nelayan mengalami kerusakan parah. Pemerintah kampung langsung mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kami sementara menyusun data kerusakan, dan terus memantau kondisi di lapangan," ujar Loly.

Camat Sibarut Prins Pontoh menuturkan, peristiwa bencana alam yang menimpa wilayahnya memang sering terjadi ketika intensitas hujan meningkat.

"Yang pasti tidak ada korban jiwa. Seluruh masyarakat juga telah diingatkan agar waspada dan menjauhi area-area berbahaya," ujar Pris.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya